Penyuluh Perikanan Kab Musi Rawas
Istilah
pakan digunakan untuk binatang, walaupun sering juga digunakan
kata-kata “makanan”. Pada tambak yang dikelola secara tradisional
(sederhana) udang hanya memakan berbagai jenis pakan alami yang ada
dalam tambak yaitu klekap (campuran berbagai jenis lumut), bahkan
juga dentritus (bahan-bahan dan kotoran yang membusuk di dalam air
dan di dasar tambak).
Pada
tambak semi intensif petani tambak sudah menambahkan pakan buatan di
samping pupuk yang berguna untuk meningkatkan produksi tambak. Pada
tingkat ini pakan yang diberikan hanya sebagai tambahan saja.
Biasanya bahan pakan ini semata-mata tergantung pada bahan-bahan yang
tersedia dan mudah diperoleh di sekitar tambak disamping harga yang
murah.
Untuk
menumbuhkan pakan alami di tambak, hendaknya dilihat jenis apa yang
benar-benar dimanfaatkan oleh ikan atau udang yang dipelihara di petak
peneneran misalnya, jenis makanan alami yang cocok adalah klekap dan
plankton atau keduanya ditumbuhkan secara bersama-sama.
METODA KLEKAP
Langkah
pertama pertumbuhan klekap adalah persiapan dan pengeringan tanah
dasar tambak. Lamanya waktu pengeringan petakan ini adalah antara 7
-15 hari, tergantung keadaan cuaca, yang ditandai dengan
retak-retaknya tanah dasar tambak (kadar air +/- 20 %). Untuk
memudahkan pengeringan dasar tambak dianggap cukup adalah dengan cara
berjalan di atas permukaan tanah yang sedang dikeringkan, bila tanah
tersebut turun sedalam 1- 2 cm, maka pengeringan tanah dasar tambak
dianggap memadai untuk melaksanakan alur proses selanjutnya.
Untuk
memanfaatkan waktu sambil menunggu proses pengeringan, bisa diisi
dengan melakukan perbaikan konstruksi tambak, seperti pintu air,
pematang, petakan, perbaikan saluran-saluran air, caren serta
membersihkan sisa-sisa sampah dan akar-akar yang ada di pelataran
maupun yang berserakan di benteng petakan. Setelah pengeringan tanah
dasar dianggap sempuma, barulah ditebar pupuk organik secara merata
dengan jumlah yang sudah disesuaikan dengan tingkat kesuburan
tanahnya. Namun pada umumnya ukuran yang digunakan untuk tanah yang
liat dan pasimya seimbang adalah :
- Dedak halus : 500 -1000 kg/ha
- Bungkil kelapa : 500 -1000 kg/ha
- Kotoran sapi / kerbau : 1000 -3000 kg/ha
- Kotoran ayam : 500 kg1ha
- Hati kapok : 500 -1000 Kg/ha.
Sedangkan
untuk tanah tambak yang mengandung pasir lebih banyak diperlukan
jumlah pupuk organik yang lebih besar. Pemasukan air laut dilakukan
setelah penebaran pupuk betul-betul merata ke seluruh permukaan dasar
tambak. Ketinggian air yang dibutuhkan adalah 3 -10 cm dan dialirkan
secara bertahap dengan cara gravitasi. Selanjutnya air di dalam
petakan tersebut dibiarkan menguap sampai keadaan tanah seperti
semula ( kering dan kadar air +/- 20 %). Hal ini bertujuan untuk
menetralisasi bahan organik pupuk tersebut.
Setelah
kering kemudian air laut dialirkan kembali ke petakan secara
bertahap sampai ketinggian 10-15 cm, barulah dilakukan penebaran pupuk
anorganik berupa urea dan TSP dengan perbandingan yang sarna, sebanyak
50 kg untuk tiap ha tambak. Akan tetapi untuk tambak yang banyak
mengandung lumpur jumlah atau perbandingan urea dan TSP adalah 2 : 1,
dan penebaran benur dilakukan apabila klekap tumbuh subur dan
ketinggian air yang sesuai dengan ikan serta udang yang akan
dibudidayakan.
METODA LUMUT
Seperti
halnya dengan metoda klekap, langkah pertama dalam metoda lumutpun
berupa persiapan dan pengeringan tanah dasar tambak, akan tetapi pada
metoda lumut ini lamanya pengeringan kurang lebih 3 hari kena cahaya
matahari, dengan demikjan tanah dasar tambak tidak terlalu kering
seperti pada metoda klekap. Hal ini berkaitan dengan cara hidup lumut
yang lebih menyukai media lembab. Selanjutnya, tanah yang sudah
dikeringkan itu ditanami dengan lumut muda secara merata di permukaan
(pelataran petakan), kemudian dialiri air +/- sedalam 20 cm dan
biarkan tergenang.
Pemupukan
dilakukan setelah permukaan tambak dibiarkan tergenang selama 3 -7
hari. Pupuk yang digunakan dapat berupa urea 48 gram per meter kubik
air dan TSP sebesar 20 gram per meter kubik air, satu minggu
kemudian, ketinggian air dinaikkan menjadi 40 cm dan penebaran ikan
dilakukan untuk memelihara ikan-ikan pemakan tumbuh-tumbuhan
(herbivora) yang umumnya mempunyai usus panjang.
Makanannya biasanya terdiri dari ganggang- ganggang benang, seperti ikan bandeng (Chanos chanos), mujair (tilapia massambica), Nila (Tilapia nilotica) dan belanak sipit atau belanak jumpul (Mugil tade). Ada pula yang makanannya berupa epiphyton (ganggang penempel), seperti ikan nilem (Osteochilus hasseti) dan tawes (Puntius javanicus) tawes dewasa dan gurami (Osphronemus gouramy Lac) dewasa.
Kemudian
pemupukan susulan dimulai pada minggu kedua dengan takarannya
setengah dari dosis atau takaran pertama. Pemupukan selanjutnya boleh
dilakukan apabila keadaan lumut mulai menipis atau habis, yang perlu
diperhatikan dalam pemupukan susulan ini, adalah kondisi ikan yang
dipelihara harus tetap baik.
METODA PLANKTON
Dalam
upaya menumbuhkan plankton di tambak agak berbeda dengan menumbuhkan
pakan alami lainnya (klekap, lumut). Kedalaman air, jumlah dan
komposisi pupuk yang akan digunakan merupakan persyaratan yang harus
dipenuhi guna mencapai keberhasilan dalam menumbuhkan pakan alami ini
(plankton). Plankton menghendaki air yang cukup dalam serta pupuk
yang digunakan harus merupakan kombinasi antara pupuk Nitrogen (N)
dan fospor (P).
Menurut
beberapa peneliti, pemberian pupuk nitrogen dan fospor dengan
perbandingan 3 : 1 akan menumbuhkan banyak jenis alga diatomae,
sedangkan perbandingan antara 1 : 1 lebih cocok untuk pertumbuhan
fitoflagellata. Pemah juga diteliti bahwa (khususnya) udang akan
tumbuh dengan baik pada perairan tambak yang mempunyai populasi
diatomae yang lebih besar dan sebaliknya pada tambak yang lahannya
banyak ditumbuhi dengan fitoflagellata, pertumbuhan udangnya akan kurang
baik. Seperti pada metoda klekap dan lumut, pada metoda plankton ini
pun terdapat perlakuan pengeringan, pemupukan dan perendaman, di
samping itu dilakukan juga pembrantasan hama dengan saponin (biji
teh). Dimana sisa atau ampas juga bisa menambah tingkat kesediaan
bahan organik di tambak.
Pengeringan
dapat dilakukan selama 3 -5 hari, kemudian air laut yang baru atau
air dari dari waduk penyimpanan (tandon) dimasukkan ke petakan sampai
ketinggian air 50 cm. Akan lebih baik lagi apabila kedalaman air
bisa mencapai 70-100 cm. Untuk tahap permulaan, sebaiknya menggunakan
takaran pupuk urea dan TSP yaitu 2.065 dan 1.097 gram dalam setiap
meter kubik air. Kedua pupuk tersebut diaduk merata kemudian
diletakan di atas meja yang dirancang terendam air 15 -20 cm di bawah
pennukaan air. Meja ini terbuat dari papan yang diberi tiang bambu.
Pada tambak seluas 1 ha, cukup disediakan sebuah meja dengan ukuran
0, 85 x 0, 85 m. Meja dipasang di pinggiran tambak pada arah
datangnya angin. Pupuk akan larut perlahan-lahan dan tersebar ke
seluruh tambak melalui gerakan air.
Untuk
mengetahui apakah jumlah plankton sudah cukup atau belum, dapat
dilakukan uji kecerahan air, setelah pemupukan kita amati pertumbuhan
fitoplankton nabati yang menyebabkan air menjadi berwarna hijau, dengan
menggunakan secchi disk. Apabila lempeng secchi disk dimasukkan
kedalam air dan sudah tidak kelihatan pada kedalaman 30 cm, ini
menunjukkan pertumbuhan plankton yang cukup. Apabila secchi disk
sudah tidak nampak pada kepadatannya perlu dikurangi dengan membuang
sebagian air dan memasukkan air baru. Takaran pemupukannya perlu
dikurangi. Apabila angka pada secchi disk menunjukkan 35 cm, berarti
takaran pupuknya kurang dan pemupukan berikutnya perlu ditambahkan.
Pada
pemeliharaan, baik secara semi intensif maupun secara intensif,
pengelolaan air salah satunya adalah dengan cara pemupukan, pemupukan
adalah teramat penting untuk menciptakan air media yang cocok bagi
kehidupan udang. Ini perlu akal dan ketrampilan dari petani
pelaksananya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar