Hasilkan Telor dan Kebul Maksimal dengan Teknik Sederhana
Oleh "Ahmad Rukbi, SP. MM. M.Si.
Penyuluh Perikanan Musi Rawas
1.1. Latar Belakang
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha budidaya ikan adalah ketersediaan benih ikan. Benih harus tepat jumlah, mutu, waktu, tempat mudah dijangkau dan harga murah (Sugiarto,1983)
Pada akhir tahun 2001 sampai
dengan awal tahun 2002, petani dan pengusaha ikan ikan mas di Kabupaten
Musi Rawas, ikannya dalam hitungan hari,
musnah dihantam virus yang sangat ganas.
Virus tersebut bernama KHV (Koi Harves Virus). Virus ini
khusus menyerang ikan mas terutama pada kolam air deras. Ratusan bahkan ribuan ton ikan mati, tingkat kerugian mencapai
milyaran rupiah. Sehingga banyak
para petani dan pengusaha ikan terduduk
lesu dan terpaksa gulung tikar.
Di sisi lain, bagi para petani ikan
mas di kolam air tenang atau kolam sawah
masalah tersebut justru memberikan hikmah.
Karena pada kolam
mereka keganasan virus tersebut tidak terjadi seperti halnya pada kolam intensif (Kolam Air Deras).
Pada saat pasca KHV petani ikan mas di kolam tenang meraup keuntungan yang cukup besar, mengingat
hukum ekonomi berlaku, dimana permintaan pasar tinggi sedangkan penyediaan
sedikit. Harga ikan mas konsumsi mencapai Rp.15.000,- per kg, yang biasanya
hanya Rp.10.000.
Selain mudah diproduksi ,ikan mas ini
dapat tumbuh dengan cepat, dapat mentonelir kisaran suhu dan oksigen serta dagingnya disukai masyarakat.
Menurut
tim ahli penyakit ikan baik dari JICA, Balai Karantina Ikan Palembang maupun
Jakarta, bahwa virus KHV tidak akan
hilang sepanjang masih ada jenis ikan mas di daerah tersebut atau dalam kata
lain selama masih ada “INANG-NYA”. Hasil monitoring di lapangan ,sampai saat
ini untuk budidaya ikan di kolam semi intensif atau kolam tanah, baik
pembenihan maupun pembesaran belum
terlihat kembali serangan virus tersebut.
Namun, untuk kolam intensif masih
sering terjadi serangannya. Diduga, bahwa virus KHV akan menyerang
ikan mas pada lingkungan kolam yang dalam , terjadinya penurunan suhu air yang drastis , lokasi
sempit serta padat tebar tinggi. Kondisi
seperti ini adalah terjadi pada kolam air deras. Sedangkan
pada kolam tenang kondisi ini tidak terjadi, mengingat kolamnya dangkal,
padat tebar rendah , pematang kolam yang berwarna gelap
dapat menyerap panas. Sesuai dengan sifat air adalah lambat menerima panas dan
lambat pula untuk melepaskannya. Keadaan
lingkungan seperti inilah sehingga virus kurang senang menyerang ikan.
Mengingat permintaan pasar ikan mas baik
untuk lokal maupun luar daerah terus meningkat, maka penyediaan benih oleh UPR
(Usaha Peternak Rakyat) terus diupayakan. Untuk memacu produksi benih ikan mas, para UPR mempunyai metoda sendiri dalam
pembenihan ikan mas. Metoda tersebut mungkin hanya ada di Kabupaten Musi Rawas.
Di daerah lain sistim yang dilakukan oleh para UPR ini sepengetahuan penulis
belum banyak dilakukan. Untuk itu Sistim
ini disebut ”SISTIM MUSI RAWAS” seperti halnya sistim pemijahan ikan mas :
Hoper, Dubish, Cimindi , Sistim Sunda dan Sistim Tradisional yang diperbaiki. Dilihat dari sistim yang sudah
ada ,sistim Musi Rawas ini banyak perbendaan yang mendasar terutama pada
penggunaan substrat penempel telur dan
perlakuan penetasan dengan sistim kering. Disinilah yang merupakan faktor
penting dalam meningkatkan daya tetas telur.
1.2. Tujuan
Tujuan penetasan telur ikan
mas sistim kering ini adalah :
- Untuk menghindari serangan hama dan penyakit telur khususnya jamur Ichtiopthyrius multifilis sp.
- Untuk mempercepat daya tetas telur (lebih cepat 24 jam dibandingkan cara biasa)
- Untuk menghemat tenaga
- Untuk meningkatkan daya tetas telur
1.3. Keluaran
Keluaran yang diharapkan adalah
meningkatnya produksi benih ikan mas untuk memenuhi kebutuhan para
pembudidaya ikan khususnya di Kabupaten Musi Rawas.
2. Materi dan Teknologi
2.1. Materi
Teknologi, Alat dan Bahan
Materi
teknologi dalam pembenihan ikan mas meliputi : Persiapan
pemijahan, Pemijahan, Perlakuan Terhadap Telur,Penetasan Telur, Pendederan ,
Pemeliharaan dan Panen.
2.1.1 Persiapan Pemijahan
Bahan dan alat yang harus dipersiapkan antara lain : Wadah pemijahan, Induk ikan betina dan jantan yang matang gonand, dan Substrat penempel telur.
2.1.1.1.
Wadah Pemijahan
Wadah pemijahan dapat berupa bak, kolam tanah atau hapa pemijahan.
Ukuran wadah minimal panjang 3m dan
lebar 2m dengan kedalaman air minimal 40 cm. Dilengkapi dengan saluran inlet
dan outlet. Wadah pemijahan akan merupakan pemicu ikan untuk kawin, untuk itu
perlu dilakukan manifulasi seperti halnya kondisi di alam, antara lain,wadah dikeringkan sampai kering betul, kemudian air
usahakan ngocor secara kontinyu sehingga difusi oksigen lancar.
2.1.1.2.
Induk Betina dan Jantan
a.
Induk Betina
Induk ikan mas betina harus diseleksi sebaik mungkin agar
produksinya baik. Persyaratan induk;
Umur minimal 1 tahun dengan berat minimal 1,5 kg, sisik besar-besar dan
merata, bagian perut membesar ke arah pengeluaran, bagaian antara kedua sirip
dada cekung ke dalam dan bila diraba terasa lunak., bagian perut bila diurut ke
bagian urogenitalis (pengeluran telur )
akan keluar cairan kuning bahkan telur. Usahakan telur yang terlihat butirannya
sudah rata dan berwarna kuning.
b. Induk Jantan
Induk jantan diperlukan minimal umur 6
bulan dengan berat 0,5 kg per ekor, sehat, bila dipijit ke arah pengeluaran akan keluar cairan putuh
seperti susu (Sperma).,dan gerakannya lincah.
c.
Sex Ratio
Mengingat pembuahan ikan mas terjadi di
luar tubuh, maka dibutuhkan induk jantan yang lebih banyak agar telur dapat
dibuahi secara normal. Sex ratio anatara
betina dan jantan dari segi berat 1 ; 1 (1 kg induk betina : 1 kg induk
jantan), tetapi dari segi jumlah minimal 1 : 3 ( 1 ekor betina : 3 ekor jantan ), lebih banyak induk jantan
akan lebih baik, namun kurang effisien.
2.1.1.3. Pemberokan
Sebaiknya induk sebelum dipijahkan dilakukan
pemberokan terlebih dahulu supaya hasilnya lebih memuaskan. Tujuan pemberokan ini adalah agar telur yang dihasilkan betul-betul
bernas, karena dengan pemberokan akan membersihkan lemak yang menempel
disekitar bagian gonand. Untuk induk
jantan tujuannya supaya lebih terangsang saat dipijahkan dengan demikian nafsu sexnya akan meningkat.
2.1.1.4.
Subtrat Penempel Telur
Substrat penempel telur diperlukan sebagai
rangsangan ikan untuk mijah. Substrat ini berfungsi untuk menempelkan telur
setelah dibuahi, karena telur ikan mas mengandung zat pelekat yang dinamanan “Globulin”.
Sehingga keberadaannya sangat dibutuhkan. Persyaratan subtrat adalah : Tidak
mudah busuk, mudah diperoleh, dan tidak
kasar. Salah satu substrat yang biasa
dipakai oleh petani pembenih ikan adalah tanaman air berupa ganggang atau Hydrilla
verticilata sp. Kebutuhan
untuk berat induk betina 3 kg sebanyak
1 karung goni dengan berat sekitar 25
kg.
Pemijahan adalah istilah perkawinan pada ikan, yaitu terjadinya proses pembuahan sel telur oleh sperma. Secara umum untuk ikan terjadi di luar tubuh. Pemijahan secara alamiah pada ikan mas akan terjadi pada malam menjelang dini hari, dimana saat ini akan terjadi penurunan suhu air. Kondisi seperti ini memicu ikan untuk mijah.
2.1.3. Perlakuan Terhadap
Telur
Ciri khas pembenihan ikan mas sistim Musi Rawas
ini terletak pada perlakuan terhadap teglur sebelum ditetaskan. Pagi-pagi
substrat yang berisi telur diangkat dan
dimasukan kedalam kantong plastik/karung goni, kemudian disimpan ditempat yang
teduh dan lembab, aman dari gangguan luar dan tyerhindar dari sinar matahari
langsung. Telur dipermentasi selama 24 jam.
2.1.4. Penetasan Telur
Pada sistim ini tidak diperlukan kolam
penetasan husus, telur yang telah dipermentasi langsung ditetaskan di kolam
pendederan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Hapa penetasan dipasang
dipinggir kolam pendederan, telur dimasukan dalam hapa. Dalam waktu 0,5 jam
telur sudah mulai menetas. Tetasan
dibiarkan selama 2 hari sampai York
sock (Kuning Telur) habis, kemudian larva ditebarkan ke kolam
dengan cara membuka hapa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar