Jumat, 09 Agustus 2019

Managemen Air Pada Budidaya Lele

Oleh "Ahmad Rukbi, SP. MM. M.Si."
Penyuluh Perikanan Kab Musi Rawas

Walaupun memiliki ilmu cukup, modal banyak, lahan luas, dan keinginan kuat; bila air yang ada tidak memenuhi peryaratan hidup ikan, tipis kemungkinan bisa mendatangkan keuntungan. Kenapa? Air yang buruk menyebabkan lele tidak memijah; telur busuk, tidak menetas, atau menetas langsung mati; benih tidak tumbuh optimal; setelah umur tertentu banyak mati; pertumbuhannya terhambat; dan masih banyak lagi kendala lainnya seperti pengadaan obat dan pengantian air yang sering. Jadi, hindari lokasi yang ketersediaan dan kualitas airnya buruk. Cari tempat lain yang kualitas dan ketersediaan airnya memadai sehingga usaha bisa berlalan sesuai rencana. Air untuk budi daya lele bisa berasal dari berbagai sumber seperti sungai, saluran irigasi danau, kolam, dan sumur bor/gali. Bahkan, air hujan pun bisa digunakan, tetapi perlu diberi perlakuan khusus sebelum digunakan karena kadar asamnya yang tinggi dan suhunya yang dingin. Air tersebut tidak boleh tercemar oleh limbah seperti oli, minyak, bahan kimia, logam berat, atau limbah lain yang membahayakan kehidupan lele. Persyaratan air yang berkualitas baik yaitu warnanya bening, tidak berbau, tidak tercemar, pH antara 55-75, kandungan zat besinya rendah, dan tidak mengandung merkuri. Dan berikut Manajemen Air Pada Budidaya Lele Yang Baik
Untuk air yang berasal dari sungai atau irigasi, bisa langsung dialirkan ke kolam budi dava asalkan memenuhi persyaratan budidaya, yaitu tidak tercemar limbah. Sementara itu, untuk air hujan dan air sumur biasanya harus ditampung terlebih dahulu. Tujuannya agar bahan-bahan organik mengendap dan air bisa digunakan. Biasanya, air sumur mengandung besi (fe) yang cukup tinggi sehingga pengendapannya minimal 2-3 hari agar kandungan besinya mengendap.
Manajemen Air Pada Budidaya Lele Yang Baik
Manajemen Air
Demi keberhasilan usaha. masalah air harus benar-benar diperhatikan. Mulai dari perlakuannya sebelum digunakan serta cara menggunakan dan mengaturnya agar kualitas air di kolam pemeliharaan lele terjaga dan terkendali dengan baik Dengan demikian, ikan menjadi sehat dan cepat tumbuh. Pada budi daya lele, pengaturan air berhubungan dengan pemeliharaan induk, pemijahan, penetasan, dan pemeliharaan yang dalam praktiknya ada sedikit perbedaan.
1. Manajemen air pemeliharaan induk
Dalam Manajemen Air Pada Budidaya Lele Yang Baik yang pertama adalah pemeliharaan induk. Untuk pemeliharaan induk bisa menggunakan air sungai, air irigasi, air sawah, air sumur, air bekas kolam, bahkan air selokan. Sebelum digunakan, air untuk pemeliharaan induk tidak perlu diendapkan, kecuali air hujan. Secara fisik, induk lele sudah tahan terhadap perubahan, suhu, pH, dan kadar oksigen yang rendah serta mampu beradaptasi dengan air baru. Khusus untuk kolam induk, airnya harus dikeruhkan dengan pekat menggunakan tanah sawah atau tanah merah. Tujuannya untuk mencegah perkelahian dan pemijahan liar di kolam pemeliharaan. Untuk menjaga kualitas air kolam pemeliharaan, perlu adanya pengawasan rutin, baik harian atau mingguan. Pergantian air sangat tergantung pada kepadatan ikan, jenis pakan, dan banyaknya pakan yang diberikan. Semakin padat ikan dan jumlah pakan yang diberikan, frekuensi pengantian air tentunya lebih sering. Air kolam yang sudah menurun kualitasnya ditandai dengan bau menyegat dan tidak sedap, air berbusa, terlalu keruh, berlendir, atau ada indukan yang mengantungiindakan yang dilakukan untuk menetralisir air tersebut antara lain sebagai berikut.
  • Mengurangi, lalu menambah air sesuai volume yang dikurangi.
  • Pergantian air total bila ada induk yang mengambang.
  • Penambahan air baru dan dibiarkan meluap melalui pembuangan.
  • pemberian probiotik pengencer air serta pengurai sisa pakan dan amoniak.

2. Manajemen air untuk pemijahan dan penetasan telur
Dalam Manajemen Air Pada Budidaya Lele Yang Baik yang kedua  adalah untuk pemijahan dan penetasan telur. Air untuk pemijahan yang dapat dimanfaatkan bisa berasai dari mata air, sungai, irigasi, sumur bor, sumur gali, atau air ledeng yang tidak menggunakan kaporit. Air sungai dan irigasi sebaiknya diendapkan sebelum digunakan agar partikel-partikel terlarutnya mengendap. Kelemahan dari air sungai dan irigasi terkadang mengandung bibit hama yang bisa memangsa larva ketika telur menetas. Air yang diendapkan lebih dari tiga hari tidak baik untuk pemijahan dan penetasan karena terlalu dingin serta bisa menjadi tempat tumbuhnya hama dan bibit penyakit. Pengendapan air cukup semalam saja, setelah itu langsung digunakan.
Air yang terlalu asam (pH rendah) atau basa (pH tinggi) masih bisa digunakan dengan cara menetralisir pH-nya terlebih dahulu. Air yang asam bisa dinaikkan pH-nya dengan kapur pertanian atau soda kue. Untuk air yang pH-nya tinggi bisa diturunkan dengan jeruk nipis, asam belimbing sayur, atau cuka. Setelah pH-nya netral, air diendapkan sekitar 1-2 malam; lalu bisa digunakan baik untuk pemijahan, pemeliharaan benih, ataupun pembesaran. Air hujan tidak baik untuk pemijahan dan penetasan telur. Selain asam dan dingin, kadar oksigen terlarutjuga sangat rendah sehingga menyebabkan telur gagal menetas.

3. Manajemen air untuk pendederan
Dalam Manajemen Air Pada Budidaya Lele Yang Baik yang ketiga adalah untuk pendederan. Permasalahan air pada budi daya lele tahap pendederan adalah tidak netralnya air yang digunakan. Supaya aman, sebaiknya air diendapkan minimal 1-2 malam. Kolam terbuka yang terkena hujan dapat menyebabkar pH berubah. Selain itu, suhu menjadi dingin dan kadar oksigen air menurun sehingga ikan menjadi stres, mengambang, atau mati. Untuk mengatasinya bisa dengan membuang setengah air kolam dan diganti dengan air baru yang telah diendapkan. Bisa juga menebarkan beberapa genggam garam ikan pada saat hujan turun atau setelah berhenti. Untuk menaikkan pH air, bisa menggunakan soda kue (misalnya ferrnipan). Caranya adalah menyeduhnya terlebih dahulu. lalu disebar ke dalam kolam. Dosisnya 1/2 sendok teh/m3 yang dilarutkan dalam air. Kontrol harian dapat dilakukan dengan berbagai cara. Bila kualitas air di kolam pemeliharaan mulai menurun, segera dinetralisir dengan penambahan, pengurangar overflow (diluapkan), atau diencerkan dengan probiotik Frekuensinya tergantung kepadatan ikan dan jenis pakan yang diberikan, antara 2-5 hari sekali.

4. Manaiemen air untuk pembesaran
DAlam Manajemen Air Pada Budidaya Lele Yang Baik yang ke empat adalah untuk pembesaran. Air kolam pembesaran kualitasnya harus dilaga agar ikan tidak terserang penyakit atau mati. Sebelum digunakan, sebaiknya air diendapkan terlebih dahulu selama 2-4 hari agar suhu. pH. dan oksigennya stabil sehingga tidak menyebabkan ikan stres. Pergantian air di kolam pemeliharaan frekuensinya tidak sesering pembenihan. Hal itu karena lele sudah cukup besar dan mampu beradaptasi dengan kondisi air yang kurang baik. Namun, pada kepadatan tinggi, jumlah dan jenis pakan yang diberikan cepat merusak air, seperti pelet, ayam tiren, ikan runcah. Dengan demikian, frekuensi pergantian air harus lebih sering. Pengantian air sebaiknya dilakukan sebelum air mengalami kerusakan. Mutu air yang buruk akan menurunkan selera makan dan penyebabkan pertumbuhan ikan terhambat. Air yang buruk juga menjadi tempat perkembangan bibit penyakit yang dapat menyerang ikan yang dapat menyebabkan ikan sakit dan mati. Ciri-ciri air yang harus diganti adalah berbusa atau berwarna cokelat/hijau pekat.
Untuk menjaga kualitas air, bisa dilakukan dengan cara pengenceran atau mengurangi sebagian dan menambah sebanyak air yang terbuang. Probiotik pengurai amoniak dan kotoran juga dapat digunakan atau di-overflow (dibiarkan meluap melalui pembuangan air).
Manajemen Air Pada Budidaya Lele Yang Baik
Menyiasati Air bermasalah
Air bermasalah sebenarnya tidak memenL persyaratan untuk budi daya lele. Namun, air tersebut masih bisa digunakan dengan menyiasatinya terlebih dahulu agar suhu, 1 dan kadar oksigennya stabil.
1. Air hujan (asam)
Pembahasan Manajemen Air Pada Budidaya Lele Yang Baik berikutnya adalah mengatasi air hujan. Air hujan pada dasarnya tidak baik digunakan untuk budi daya lele, baik pembenihan ataupun pembesaran karena suhu, pH, dan oksigennya tidak stabil. Agar bisa digunakan, harus dinetralkar terlebih dahulu. Caranya dengan pengendapan dan diberi bahan yang mengandung alkali/basa tinggi seperti kapur pertanian dan soda kue.
Berikut cara penggunaannya.
  • Untuk volume air 10 m3, ambil 1 sendok makan soda kue.
  • Seduh dengan air dingin sebanyak” liter air, aduk hingga merata, lalu tebarkan ke dalam kolam yang berisi air hujan.
  • Endapkan selama 2 malam. Selanjutnya, air yang telah dikondisikan bisa digunakan untuk pemeliharaan.
Penetralan air bisa juga menggunakan kapur pertanian. Caranya sebagai berikut.
  • Siapkan 1 ember air, lalu tambah l/2 sendok teh/m3 air serbuk kapur gamping,
  • Aduk rata, lalu tebarkan ke kolam.
  • Endapkan selama 2-3 hari.
  • Pindahkan air bagian atas ke kolam lain, lalu endapkan lagi selama semalam agar suhu, pH, dan oksigen air stabil.
  • Air siap digunakan untuk budi daya (tidak cocok untuk pemijahan dan penetasan).
2. Air payau
Pembahasan Manajemen Air Pada Budidaya Lele Yang Baik selanjutnya adalah mengatasi air payau. Air payau biasanya terdapat pada tambak dekat laut. Walaupun pH-nya tinggi (basa), air ini masih bisa digunakan untuk budi daya lele. Namun, hasilnya tidak maksimal karena menyebabkan pertumbuhan lele terhambat. Agar kondisi airnya netral dan dapat digunakan secara optimal, kadar pH-nya harus diturunkan. Caranya dengan menambahkan zat asam seperti tawas, jeruk nipis, asam belimbing, atau cuka. Berikut penggunaannya.
  • Peras beberapa butir jeruk nipis/belimbing sayur/beberapa tetes cuka/tawas
  • Tambahkan air, aduk hingga merata, lalu tebarkan ke dalam kolam berisi air payau.
  • Endapkan selama 2-3 malam.
  • Untuk mengukur pH, gunakan kertas lakmus/pH meter.
  • Air siap digunakan untuk budi daya lele.
3. Air yang mengandung logam berat
Pembahasan Manajemen Air Pada Budidaya Lele Yang Baik berikutnya adalah air yang mengandung logam berat. Air yang mengandung logam berat/limbah B3 sebenarnya tidak layak digunakan untuk memelihara lele, terutama pembenihan. Bahayanya, telur tidak dapat menetas atau menetas, tetapi langsung mati. Pertumbuhan pun akan terhambat. Agar dapat digunakan, air harus diolah dahulu untuk mengikat dan menetralisir kandungan racun di dalamnya Memang, prosesnya agak sedikit repot Berikut caranya.
  • Siapkan kolam, isi dengan air sesuai dengan kebutuhan.
  • Tambahkan kotoran sapi atau kerbau sebanyak 2-3 karung untuk kolam berukuran 10-20 m3.
  • Biarkan selama 2’3 minggu.
  • Setelah 1 minggu, ambil air di bagian atas dengan pompa kecil (15 W). Pompanya digantung agar kotoran tidak tersedot. Jarak air 10 cm dari endapan.
  • Pindahkan air tersebut ke kolam yang telah disediakan.
  • Endapkan selama 2 malam, selanjutnya air bisa digunakan.
Cara lainnya sebagai berikut
  • Siapkan 1 ember air, tambahkan kapur : sebanyak l/2 sendok teh/m3 air, lalu aduk merata,
  • Tambahkan serbuk tawas sebanyak 1 sendok teh/m3 air, larutkan dalam air aduk merata.
  • Tebarkan semuanya ke dalam kolam pengendapan air hingga merata, biarkan selama 4-5 hari,
  • Pindahkan air bagian atas ke kolam lain (lO Cm dari dasar kolam).
  • Endapkan lagi selama semalam agar suhu, pm dan oksigen air stabil, Air siap digunakan untuk budi daya.
4. Air yang terlalu dingin
Air yang terlau dingin akibat iklim atau pengendapan yang telalu lama juga kurang baik digunakan untuk budi daya lele. Air yang terlalu dingin menyebabkan telur tidak mampu menetas dan ikan tidak bisa tumbuh dengan baik. Suhu dingin menyebabkan metabolisme terhambat. Agar bisa digunakan, air tersebut harus dihangatkan terlebih dahulu dengan pemanas air (water heater). Selain menggunakan zat penetral, peternak juga bisa melakukan budi daya lele indoor atau di dalam ruangan tertutup yang menggunakan lampu sebagai penghangat. Jadi, wadah yang digunakan bisa berupa akuarium atau kolam yang masing-masing diberi water heater.
Manajemen Air Pada Budidaya Lele Yang Baik
PENAMPUNG AIR
Ada kalanya sumber air yang ada tidak selalu sesuai dengan keinginan. Misalnya air hujan atau air sumur. Kedua sumber air tersebut tidak bisa langsung digunakan untuk budi daya. Hal itu karena masih banyak kandungan unsur-unsur yang dapat merugikan pembudidaya. Misalnya air sumur yang biasanya mengandung unsur besi (Fe) dan air hujan yang pH-nya cukup tinggi.
Untuk mengantisipasi hal itu, diperlukan tampungan air agar air bisa digunakan. Fungsi tampungan ini adalah mengendapkan air selama beberapa hari (biasanya 2-3 hari) agar air bisa digunakan dengan aman Jadi, setelah diendapkan, diharapkan kondisi air bisa netral dan unsur-unsur yang tidak diinginkan tidak ikut terbawa ke dalam kolam pemeliharaan Kapasitas . mpungan disesuaikan dengan jumlah dan ukuran kolam yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar