Oleh "Ahmad Rukbi, SP. MM. M.Si."
Penyuluh Perikanan Kab musi Rawas
Kebutuhan akan pakan bagi binatang ternak menjanjikan peluang usaha
yang sangat prospektif, termasuk pakan alami untuk ikan. Apalagi harga
lebih terjangkau dibanding pakan ikan pabrikan, serta manfaat yang cukup
besar. Menurut F Rahardi, pengamat Agribisnis, komponen biaya pakan
dalam praktek budidaya membutuhkan jatah 70% dari seluruh komponen
biaya. Sehingga jika seorang peternak ikan ingin meningkatkan
keuntungan, harus pandai memangkas biaya pakan tersebut, salah satunya
dengan mengkultur pakan alami sendiri.
Pakan alami adalah makanan hidup bagi larva dan benih ikan mencakup
fitoplankton, zooplankton, dan bentos serta berperan sebagai sumber
protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Disamping mengandung
gizi yang lengkap, pakan alami sangat mudah dicerna karena mengandung
enzim yang dapat membantu pencernaan di usus larva atau benih ikan yang
belum berkembang alat pencernaannya.
Pakan alami biasanya memiliki ukuran yang kecil yaitu 10 mikro-1mm,
sesuai dengan bukaan mulut larva atau benih dan bergerak tidak begitu
aktif sehingga mempermudah larva atau benih untuk memangsanya. Karena
sifatnya yang hidup, pakan alami tidak mencemari media pemeliharaan
larva atau benih ikan Pakan alami sebagian sangat mudah didapat dari alam dan ada juga yang
mudah dibudidayakan. Media kultur untuk pembudidayaan pakan alami dapat
berupa media alga atau media yang banyak mengandung bakteri untuk
fasilitas pengembangbiakan khususnya alga perlu dipersiapkan. Sedangkan
media bakteri mudah didapat dengan menggunakan kotoran hewan.
Penyediaan pakan alami secara berkesinambungan dan peruntukannya yang
tepat akan meningkatkan pertumbuhan dan sintasan larva dan benih ikan.
Berikut adalah jenis dan cara kultur pakan alami untuk ikan hias, yaitu :
1. Infusoria/ Paramecium
- Wadah budidaya yang dibutuhkan berupa stoples, baskom, ember dan yang lainnya.
- Media lain yang dibutuhkan berupa air sumur yang diberi sayuran seperti kangkung dan selada, jerami, dan bahan organik lainnya seperti kuning telur.
- Kuning telur yang sudah disiapkan dengan putih telur dikocok dengan air selanjutnya disaring dengan saringan terilin. Setelah itu ditambah dengan daun kipait dan diberi 1-2 sendok selokan.
- Panen infusoria dilakukan dengan cangkir atau dengan saringan nano plankton setelah 3-4 hari pemberian kuning telur.
- Untuk mendapatkan infosaria yang berkesinambungan dibutuhkan 4 wadah.
2. Rotifer
- Larva atau benih ikan yang dipersiapkan dengan bukaan mulut 150-200 mikron
- Wadah budidaya berupa bak yang cukup besar seperti bak plastik, fiber atau bak beton.
- Media lain yang dipersiapkan berupa media alga (chlorella sp ) yang dibiakkan dengan pupuk kimia dengan dosis 100 mg/l MgSO4, 200 mg/l KH2PO4, 500mg/l NaNO3 dan sedikit FeCI, sedangkan untuk skala besar menggunakan Urea (1000 ppm) dan TSP (200 ppm), demgan salinities 11%
- Persiapkan bibit rotifer (brachinous sp) di inokulasi setelah biakan alga berumur 6 hari.
- Panen dilakukan 3-4 hari dengan serokan plankton setelah media yang berwarna hijau berubah menjadi pucat /putih
- Untuk mendapat rotifer yang kesenimbangunan dibutuhkan 6 bak
3. Moina dan Daphnia (1-4 mm)
- Benih ikan hias air tawar pasca larva yang dipersiapkan berukuran bukaan mulut 0,8 mm
- Wadah budidaya yang disiapkan berupa bak fiber atau beton dengan kedalaman 0,8 m, dengan media diaerasi atau tidak diaerasi.
- Media lain yang dipersiapkan berupa air sumur/sungai yang dipupuk dengan kotoran ayam (1000 ppm) dan bungkil kedelai (200 ppm). Pupuk ulang 0,5 dosis pada minggu kedua dan ketiga.
- Bibit moina/daphnia diinokulasi sehari setelah pemupukan awal seberat 1 g/m3.
- Panen moina dilakukan 7 hari setelah inokulasi dengan serokan terilin daan sebaiknya dipanen selama 3 hari. Sedangkan panen daphnia dilakukan setelah umur 3 minggu sebanyak 25 g/m3/ hari.
- Untuk mendapatkan moina berkesinambungan dibutuhkan 6 bak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar