Penyuluh Perikanan Kab Musi Rawas
PENDAHULUAN
Potensi untuk pengembangan usaha perikanan budidaya di Indonesia
sangat besar. Bila potensi ini dikelola dengan baik, akan dapat menjadi
andalan sumber pertumbuhan ekonomi. Pada saat ini teknologi pembenihan
dan pembesaran berbagai komoditas ikan budidaya bernilai ekonomis telah
dapat dikembangkan dengan baik, antara lain adalah udang, kerapu, kakap,
nila, bandeng, patin, lele, gurame dan ikan mas. Agar kegiatan usaha
budidaya ikan dapat berlangsung sepanjang tahun dengan produksi
maksimal, diperlukan kontinuitas benih ikan baik dalam jumlah maupun
mutu. Dengan demikian produksi budidaya ikan dapat lebih terjamin dalam
memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun internasional (Nurjadna, 2008)
Di dalam budidaya ikan nila dewasa ini banyak dikembangkan berbagai
teknologi dalam rangka peningkatan mutu induk ikan nila. Hal ini
disebabkan pada saat ini telah banyak terjadi penurunan kualitas induk
ikan nila. Oleh karena itu kebutuhan induk bermutu sangat diharapkan
dalam rangka memperoleh benih yang berkualitas.Salah satu teknologi yang
dilakukan untuk meningkatkan produksi perikanan ini adalah dengan
melakukan kegiatan produksi benih ikan berkualitas (unggul) melalui
teknik-teknik tertentu.
Kulalitas benih merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan
dalam kegiatan budidaya karena akan berpengaruh pada produksi dari
budidaya yang kita lakukan. Penggunaan benih yang berkualitas dan
kuantitasnya mencukupi pada saat proses budidaya, merupakan hal yang
pokok untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Hal ini tengah dilakukan
oleh balai risert dan teknologi yang ada di Indonesia supaya bisa
memenuhi kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan, dengan cara melakukan
breeding program yaitu melakukan selektif breeding, hibridisasi/out breeding/croos breeding, inbreeding, monosex/sereversal, serta kombinasi dari beberapa program tersebut.
Salah satu teknik yang dilakukan untuk mendapatkan benih ikan nila
gesit adalah dengan melalui proses pemuliaan ikan nila yang diarahkan
untuk memproduksi benih ikan nila monosex jantan yang bertjuan untuk
memperoleh benih penjantan saja.
ISI
Ikan nila gesit
dihasilkan melalui serangkaian riset panjang yang diinisiasi oleh Pusat
Teknologi Produksi Pertanian BPPT yang kemudian bekerja sama dengan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institus Pertanian Bogor (IPB) dan
Balai Besar Pengembangan Budi Daya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi di bawah
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP).
Untuk mendapatkan induk ikan yang unggul dilakukan program seleksi
dengan menerapkan beberapa program pengembangbiakan antara lain dengan
kegiatan selective breeding, hibridisasi/outbreeding/ crossbreeding, inbreeding, mono-
seks/seks reversal atau kombinasi beberapa program breeding. Induk yang
unggul akan menghasilkan benih yang unggul sehingga dengan memelihara
benih unggul proses budidaya akan menguntungkan dengan melihat laju
pertumbuhan ikan yang optimal sehingga produktivitas budidaya ikan akan
meningkat (Irawan et al., 2009).
Melalui kegiatan penelitian yang dilakukan secara konsisten dan terus
menerus, akhirnya dapat dihasilkan ikan nila jantan super-YY yang telah
dilepas oleh Departemen Kelautan dan Perikanan pada tanggal 15 Desember
2006 di Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, dengan nama nila gesit.
Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi
air tawar dengan bentuk tubuh memanjang dan pipih kesamping dan warna
putih kehitaman. Ikan nila berasal dari Sungal Nil dan danau-danau
sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima
benua yang beriklim tropis dan subtropis. Sedangkan di wilayah yang
beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik Ikan nila disukai oleh
berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan
kakap merah.
Ikan nila menurut Trewavas (1982) dalam (Khairuman, 2002) di klasifikasikan sebagai berikut :
Kelas : Osteichthyes
Sub-kelas : Acanthoptherigii
Crdo : Percomorphi
Sub-ordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus.
Bibit ikan nila biasanya didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh
Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. Setelah melalui
masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada
petani di seluruh Indonesia. Nila adalah nama khas Indonesia yang
diberikan oleh Pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan.
Pada umumnya populasi induk betina yang dihasilkan secara alami
terbatas (1 betina: 2 jantan), sedangkan kebutuhan induk betina dalam
satu paket lebih banyak dari jantan (3 betina : 1 jantan), maka
diperlukan suatu teknologi untuk menghasilkan populasi tunggal kelamin
betina. Dalam rangka upaya untuk menghasilkan populasi induk betina
sebagai pasangan induk ikan nila GESIT, maka dilakukan rekayasa
teknologi untuk memperoleh induk jantan fungsional XX. Induk jantan
fungsional yang secara genetis mempunyai kromosom XX ini, apabila
dikawinkan dengan betina normal (XX), maka akan memperoleh keturunan
semua betina (Solikhah dalam Sumantadinata, 2007)
Nama gesit diambil dari frase Genetically Supermale Indonesian Tilapia
yang berarti ikan nila yang secara genetis diarahkan menjadi jantan
super, asli produk anak negeri. Secara genetik ikan nila GIFT (Genetic Improvement for Farmed Tilapia)
telah terbukti memiliki keunggulan pertumbuhan dan produktivitas yang
lehih tinggi dibandingkan dengan jenis ikan nila lain. Selain itu, ikan
nila mempunyai sifat omnivora, sehingga dalam budidayanya akan sangat
efisien, dalam biaya pakannya rendah.
Ikan nila gesit merupakan ikan nila jantan YY dari hasil rekayasa
kromosom dengan penggunaan hormon estradiol 17β dan metil testosteron.
Keunggulan ikan nila gesit dibandingkan dengan ikan nila biasa adalah
persentase benih nila jantan YY yang dihasilkan dari proses pemijahan
sebesar 96-100 persen dan secara ekonomis pertumbuhan ikan nila gesit
1,6 kali lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan ikan nila biasa.
Ikan nila jantan normal memiliki kromosom XY, jika dikawinkan dengan
betina normal yang memiliki kromosom XX akan menghasilkan keturunan
dengan perbandingan 60% jantan dan 40% betina. Sedangkan GESIT memiliki
kromosom YY. Hasil perbaikan genetik ini apabila dikawinkan dengan ikan
nila betina normal akan menghasilkan keturunan 98-100% berkelamin
jantan dengan kromosom XY (GMT/Genetically Male Tilapia).
Nila gesit memiliki pertumbuhan yang cepat, yakni lima hingga enam
bulan untuk mencapai berat 600 gram. Hasil riset memperlihatkan bahwa
ikan nila berkelamin jantan tumbuh lebih cepat dibanding betinanya.
Dengan demikian, produksi ikan nila dapat diarahkan pada produksi ikan
nila berkelamin jantan (monosex male) yang dapat tumbuh lebih cepat
untuk meningkatkan efisiensi usaha guna memenuhi permintaan ekspor.
Saat ini ikan nila gesit telah diproduksi di Balai Besar Pengembangan
Budi Daya Air Tawar Sukabumi dan selanjutnya dapat dikembangkan oleh
pihak Pemerintah dan swasta. Pengujian multilokasi dan multilingkungan
masih perlu dilakukan untuk mengetahui performanya pada lokasi dan
lingkungan yang berbeda, sebelum diproduksi secara massal untuk kemudian
dikembangkan secara luas oleh masyarakat pembudidaya.
Karena pertumbuhan ikan nila jantan lebih cepat, maka hal ini menjadi
jawaban untuk efisiensi usaha budidaya ikan nila. Sementara pengarahan
kelamin (sex reversal) secara hormonal mendapat penolakan, tentunya
budidaya ikan nila GMT membuka peluang untuk dapat memenuhi tuntutan
pasar ekspor yang meminta ukuran diatas 600 g/ekor. Satu hal yang selama
ini sulit dipenuhi.
Tilapia Supermale, YY Tilapia, merupakan sebutan umum bagi produk
sejenis yang selama ditawarkan. Adapun gesit, seperti diungkapkan
sebelumnya, adalah hasil karya anak bangsa. Melalui rangkaian riset yang
diinisiasi oleh Pusat Teknologi Produksi Pertanian, Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Kalutan
dan Perikanan Institut Pertanian Bogor dan Balai Besar Pengembangan
Budidaya Air Tawar yang merupakan salah satu UPT lingkup Departemen
Kelautan dan Perikanan. Teknologi produksi ikan nila gesit merupakan
inovasi teknologi perbaikan genetik untuk menghasilkan keturunan ikan
nila yang berkelamin jantan melalui program pengembangbiakan yang
menggabungkan teknik feminisasi dan uji progeni untuk nila jantan yang
memiliki kromosom YY (YY genotypes).
Kendala budidaya nila gesit ini adalah lamanya proses produksi
sehingga menyebabkan jumlah benih yang dihasilkan dalam pembenihan ikan
nila Gesit sangat terbatas. letak geografis balai yang berada di daerah
basah menyebabkan sering terjadi serangan parasit maupun jamur pada
benih dan induk ikan serta penggunaan peralatan pembenihan yang sama
untuk semua kolam mengakibatkan penyebaran parasit serta jamur dalam
waktu yang relatif singkat sehingga terjadi kematian pada benih ikan
nila Gesit.
KESIMPULAN
Secara genetik ikan nila GIFT (Genetic Improvement for Farmed Tilapia) telah terbukti memiliki keunggulan pertumbuhan dan produktivitas yang lehih tinggi dibandingkan dengan jenis ikan nila lain
Pertumbuhan ikan nila jantan lebih cepat, maka hal ini menjadi jawaban untuk efisiensi usaha budidaya ikan nila.
Ikan nila jantan dengan kromosom YY atau ikan nila gesit apabila
dikawinkan dengan betina normalnya (XX), akan menghasilkan keturunan
yang seluruhnya berkelamin jantan XY (genetically male tilapia)
Teknologi produksi ikan nila gesit merupakan inovasi teknologi
perbaikan genetik untuk menghasilkan keturunan ikan nila yang berkelamin
jantan melalui program pengembangbiakan yang menggabungkan teknik
feminisasi dan uji progeni untuk nila jantan yang memiliki kromosom YY
Tidak ada komentar:
Posting Komentar