Oleh "Ahmad Rukbi, SP. MM. M.Si.
Penyuluh Perikanan Kab Musi Rawas
Penyebab penyakit ikan golongan parasite
Penyakit ikan golongan parasit dibagi menjadi penyakit yang
disebabkan oleh protozoa, helminthes (cacing), dan crustacea
(udang-udangan). Parasit protozoa yang dilaporkan menyerang ikan air
tawar antara lain meliputi Costia, Chilodonella, Trichodina,
Ichthyophthirius multifiliis, Myxobolus dan Myxosoma cerebralis.
Penyakit yang disebabkan oleh parasit cacing dapat dibagi menjadi 3
(tiga) kelompok besar yaitu Platyhelminthes, Nematoda, dan
Acanthocephala. Di Indonesia dikenal antara lain 2 genus dari kelas
Trematoda yang banyak ditemukan menyerang ikan air tawar yaitu
Dactylogyrus dan Gyrodactylus. Walaupun masih ada jenis-jenis lain
namun kedua jenis cacing tersebut di atas yang paling sering ditemukan
pada ikan.
Penyebab penyakit ikan golongan jamur
Beberapa jenis penyakit jamur yang termasuk berbahaya untuk ikan
antara lain adalah Aphanomyces, Branchiomyces, dan Ichthyophonus. Jamur
yang paling sering ditemukan pada ikan air tawar adalah Saprolegnia
sp. dan Achlya sp.
Penyebab penyakit ikan golongan bakteri
Beberapa jenis penyebab penyakit ikan golongan bakteri yang sering
menimbulkan kerugian dalam usaha budidaya ikan antara lain meliputi
Aeromonas hydrophila, Aeromonas salmonicida, Mycobacterium spp,
Nocardia sp., Edwardsiella tarda, Edwardsiella ictaluri, Streptococcus
spp., Pasteurella sp, Yersinia ruckeri, Pseudomonas sp. dan
Streptomyces sp.
Penyebab penyakit ikan golongan virus
Beberapa jenis virus diketahui dapat menyerang ikan-ikan budidaya
dan menimbulkan permasalahan yang serius antara lain Channel Catfish
Virus Disease (CCVD), Spring Viraemia of Carp (SVC), Infectious
Pancreatic Necrosis (IPN), Lymphocystis Disease (LD), Infectious
Hematophoietic Necrosis (IHN), Viral Nervous Necrosis (VNN) dan Koi
Herpes Virus (KHV).
PENCEGAHAN PENYAKIT IKAN
Pada prinsipnya pencegahan dapat ditinjau berbagai pendekatan lingkungan, inang dan pathogen.
Pendekatan lingkungan dilakukan dengan
menjaga kualitas air supaya tetap mendukung bagi kehidupan ikan,
menjaga wadah budidaya tetap bersih dan sehat dan menghindari
pengggantian air yang mendadak sehingga tidak menyebabkan ikan menjadi
stress. Selain itu penggunaan probiotik/bioremediasi kini sudah banyak
dilaksanakan.
Pendekatan inang dilakukan dengan cara
penanganan ikan yang baik/tidak kasar, sehingga tidak mengakibatkan
ikan menjadi luka/lecet dan tidak stress, pengaturan kepadatan ikan
yang disesuaikan dengan ukuran ikan dan daya dukung lahan, pemberian
pakan yang tepat mutu (mengandung bahan nutrisi yang diperlukan oleh
ikan). Pakan yang diberikan harus sesuai dengan ukuran bukaan mulut
ikan (tepat ukuran). Selain itu pemberian pakan harus tepat waktu
pemberian artinya kapan waktu yang tepat untuk memberi pakan. Misalnya
untuk ikan yang sifatnya nocturnal (misalnya ikan Lele) pakan porsi
terbanyak sebaiknya diberikan pada waktu sore atau malam hari.
Sedangkan bagi ikan yang non-nocturnal maka pakan bisa diberikan pagi,
siang dan sedikit pada waktu sore hari. Guna menjaga kesehatan ikan juga
dapat dilakukan dengan menimbulkan kekebalan ikan. Kekebalan pada ikan
dapat dibedakan menjadi kekebalan yang specific (humoral) dan
kekebalan non-specific (selular/cell-mediated immunity). Kekebalan
spesifik artinya kekebalan yang dibentuk hanya efektif untuk mencegah
terhadap suatu patogen tertentu. Misalnya pemberian vaksin anti Vibrio
pada ikan maka kekebalan yang terbentuk hanya mampu untuk mencegah
penyakit akibat infeksi bakteri Vibrio sp. Sedang kekebalan yang
non-spesific adalah kekebalan yang dibentuk untuk sebagai anti dari
berbagai infeksi. Kekebalan seperti ini biasa diproduksi dengan cara
pemberian immunomodulator yaitu antara lain Vitamin C,
Lypopolysaccharide (LPS), dan ?- glucan.
Pendekatan patogen, pada prinsipnya kita
menjaga supaya virulensi patogen tidak meningkat. Virulensi patogen
biasanya berkaitan erat dengan makin memburuknya lingkungan dan juga
dengan derajat stres dari inangnya. Jadi supaya patogen tidak meningkat
patogenitasnya kita harus menjaga agar kondisi lingkungan tidak
semakin buruk dan menjaga agar inang tetap dalam keadaan kondisi yang
prima. Kondisi lingkungan yang makin buruk akan memacu perkembangan
patogen lebih meningkat.
Pada intinya, mencegah penyakit dapat dilakukan melalui a). Manajemen Budidaya secara menyeluruh, termasuk di dalamnya penerapan padat tebar yang disesuaikan dengan daya dukung lahan, melaksanakan b). Manajemen lingkungan dan c). Manajemen pakan.
Manajemen lingkungan yang dimaksud adalah menjaga lingkungan perairan
supaya selalu berada dalam kondisi yang kondusif bagi kehidupan ikan
dan tidak banyak menimbulkan tekanan. Pakan yang diberikan pada ikan
harus tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu pemberian dan tepat ukuran.
PEMANFAATAN TANAMAN OBAT TRADISIONAL dalam pengendalian Penyakit Ikan
Salah satu alternatif penanggulangan penyakit ikan air tawar yang
aman adalah dengan menggunakan tanaman obat. Bahan obat lain yang
relatif lebih aman untuk lingkungan dan efektif dalam mengobati
penyakit ikan dapat menggunakan bermacam-macam tanaman obat
tradisional. Indonesia sebagai negara tropis memiliki kekayaan tanaman
yang berpotensi menjadi obat. Banyak jenis tanaman yang mengandung
senyawa yang bersifat antimikroba. Sejumlah tanaman mengandung senyawa
bersifat bakterisidal (pembunuh bakteri), dan bakteristatik (penghambat
pertumbuhan bakteri).
Dari beberapa percobaan, fitofarmaka terbukti efektif mengatasi
penyakit ikan air tawar dan memiliki beberapa keuntungan, seperti : Pertama, dapat menjadi bahan alami pengganti antibiotik untuk pengendali penyakit yang disebabkan bakteri. Kedua, ramah terhadap lingkungan, mudah hancur/terurai, dan tidak menyebabkan residu pada ikan dan manusia.Ketiga, mudah diperoleh dan tersedia cukup banyak, keempat harganya ekonomis dan cukup murah.
Fitofarmaka yang dapat dijadikan pengganti antibiotik untuk mengatasi penyakit ikan air tawar adalahbawang putih (Allium sativum), dan daun ketapang (Termmalia cattapa). Hasil penelitian lainnya menginformasikan bahan lain yang dijadikan bahan antibiotik adalah daun sirih (Piper betle L), daun jambu biji (Psidium guajava L), jombang (Taraxacum officinale) dan daun sambiloto
(Androgaphis paniculata). Daun sirih diketahui berdaya antioksidasi,
antiseptik, bakterisida, dan fungisida. Tanaman sambiloto bersifat anti
bakteri, sedangkan daun jambu biji selain bersifat anti bakteri juga
bersifat anti viral.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar