Senin, 25 Maret 2019

Budidaya Ikan Di Keramba

Oleh "Ahmad Rukbi, SP. MM. M.Si."
Penyuluh Perikanan Kab Musi Rawas


Budidaya  ikan  dalam  keramba  sangat  berperan  dalam  membantu  melestarikan  sumber  air di perairan  umum,  karena  penangkapan  yang  dilakukan  secara  terus  menerus  akan  mengganggu kelestarian    di    perairan    tersebut.    Penangkapan    ikan    pada    umumnya    dilakukan    tanpa memperhatikan  ukuran  ikan.  Dengan  adanya  sistim  budidaya  ikan  dalam  keramba,  maka
diharapkan  anak-anak  ikan  yang  ikut  tertangkap  akan  dibudidayakan,  sehingga  akan  mempunyai nilai  ekonomi  yang  tinggi  dibandingkan  bila  ditangkap  waktu  masih  kecil.  Secara  garis  besar, peranan budidaya ikan dalam keramba adalah :
1)       Mendukung usaha peningkatan pembinaan sumber hayati di perairan umum.
2)       Meningkatkan  produksi  Wan  yang  bernilai  ekonomi  tinggi  serta  memenuhi  kebutuhan konsumsi ikan secara terus menerus.
3)       Meningkatkan  pendapatan  Para  petani  ikan  serta  kesejahteraan  petani  ikan  sepanjang tahun.
4)       Menghindari  adanya  masa  paceklik  bagi  masyarakat  dimana  pada  musim  barat  masyarakat tidak dapat menangkap ikan.
5)       Memperluas lapangan kerja bagi nelayan dan masyarakat secara umum.



PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Penyiapan Sarana dan Peralatan


1) Kolam
Sarana berupa kolam yang perlu disediakan dalam usaha budidaya ikan
mujair tergantung dari sistim pemeliharaannya (sistim 1 kolam, 2 kolam dlsb).
Adapun jenis kolam yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan mujair
antara lain:
a. Kolam pemeliharaan induk/kolam pemijahan
Kolam ini berfungsi sebagai kolam pemijahan, kolam sebaiknya berupa
kolam tanah yang luasnya 50-100 meter persegi dan kepadatan kolam
induk hanya 2 ekor/m2. Adapun syarat kolam pemijahan adalah suhu air
berkisar antara 20-22 derajat C; kedalaman air 40-60 cm; dasar kolam
sebaiknya berpasir.
b. Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederan
Luas kolam tidak lebih dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam
antara 30-50 cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama
pemeliharaan di dalam kolam pendederan/ipukan antara 3-4 minggu,
pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm.
c. Kolam pembesaran
Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan
membesarkan benih selepas dari kolam pendederan. Adakalanya dalam
pemeliharaan ini diperlukan beberapa kolam pembesaran, yaitu:
– Kolam pembesaran tahap I berfungsi untuk memelihara benih ikan
selepas dari kolam pendederan. Kolam ini sebaiknya berjumlah antara
2-4 buah dengan luas maksimum 250-500 meter persegi/kolam.
Pembesaran tahap I ini tidak dianjurkan memakai kolam semen, sebab
benih ukuran ini memerlukan ruang yang luas. Setelah benih menjadi
gelondongan kecil maka benih memasuki pembesaran tahap kedua
atau langsung dijual kepada pera petani.
– Kolam pembesaran tahap II berfungsi untuk memelihara benih
gelondongan besar. Kolam dapat berupa kolam tanah atau sawah.
Keramba apung juga dapat digunakan dengan mata jaring 1,25–1,5 cm.
Jumlah penebaran pembesaran tahap II sebaiknya tidak lebih dari 10
ekor/meter persegi.
– Pembesaran tahap III berfungsi untuk membesarkan benih. Diperlukan
kolam tanah antara 80-100 cm dengan luas 500-2.000 meter persegi.
d. Kolam/tempat pemberokan
Merupakan tempat pembersihan ikan sebelum dipasarkan

2) Peralatan
Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan mujair
diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu
untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember,
baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (Kg),
cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar
kekeruhan.
Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan
mujair antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan
panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat
menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk
mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur
yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara
terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan
penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih),
sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk
menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi),
scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas),
seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk
segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).

3) Persiapan Media
Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk
pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb.
Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah
pengeringan kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk
memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi,
diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing
dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupuk
buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15 gram
dan 10 gram/meter persegi.
Pembibitan
Untuk menyiapkan bibit ikan mujair yang akan dipelihara, perlu diperhatikan
hal-hal penyiapan media pemeliharaan, pemilihan dan pemeliharaan induk,
penetasan dan persyaratan bibit, ciri-ciri bibit dan induk unggul.

1) Pemilihan Induk
Ciri-ciri induk bibit mujair yang unggul adalah sebagai berikut:
a. Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kwalitas
yang tinggi.
b. Pertumbuhannya sangat cepat.
c. Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.
d. Resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit.
e. Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk.
f. Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 100 gram lebih per
ekornya.
Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah
sebagai berikut:
a. Betina
– Terdapat 3 buah lubang pada urogenetial yaitu: dubur, lubang
pengeluaran telur dan lubang urine.
– Ujung sirip berwarna kemerah-merahan pucat tidak jelas.
– Warna perut lebih putih.
– Warna dagu putih.
– Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.
b. Jantan
– Pada alat urogenetial terdapat 2 buah lubang yaitu: anus dan lubang
sperma merangkap lubang urine.
– Ujung sirip berwarna kemerah-merahan terang dan jelas.
– Warna perut lebih gelap/kehitam-hitaman.
– Warna dagu kehitam-hitaman dan kemerah-merahan.
– Jika perut distriping mengeluarkan cairan.

2) Sistim Pembibitan
Pembibitan ikan mujair dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
a. Sistim satu kolam
Pada sistim ini kolam pemijahan/pembenihan disatukan dengan kolam
pendederan/ pemeliharaan anak. Setelah dilakukan persiapan media
pembibitan, tebarkan induk jantan dan betina dengan perbandingan 1:2
atau 1:4 dengan jumlah kepadatan 2 pasang/10 meter persegi.
Pamanenan dilakukan setiap 2 minggu sekali.
b. Sistim dua kolam
Pada sistim ini proses pemijahan dan pendederan dilakukan pada kolam
terpisah, dengan perbandingan luas kolam pemijahan dengan kolam
pendederan adalah 1:2 atau 1:4. Dasar kolam pendederan harus lebih
rendah dari dasar kolam lainnya agar aliran air cukup deras mengalir dari
kolam pemijahan ke kolam pendederan. Pada pintu kedua kolam tersebut
dipasang saringan kasar agar hanya anak-anak ikan saja yang dapat
lewat. Jumlah dan kepadatan induk jantan dan betina yang disebarkan
sama dengan sistim satu kolam.
c. Sistim platform
Pada sistim ini kolam dibagi dalam 4 bagian, yaitu kolam pertama sebagai
tempat induk jantan dan betina bertemu atau tempat pemijahan. Kolam
kedua tempat induk betina dimana disekat oleh kisi atau krei bambu
dengan ukuran lubang-lubang sebesar badan induk betina sehingga
hanya induk betina yang dapat lolos ke kolam kedua ini. Kolam ketiga
merupakan temapt pelepasan larva dan temapat yang ke empat adalah
tempat pendederan. Persiapan media dan jumlah induk yang dilepas
sama dengan sistim yang pertama.
3) Pembenihan
Pemijahan dan penetasan ikan mujair berlangsung sepanjang tahun pada
kolam pemijahan dan tidak memerlukan lingkungan pemijahan secara
khusus. Hal yang perlu dilakukan adalah penyiapan media pemeliharaan
seperti pengerikan pengapuran dan pemupukan. Ketinggian air di kolam
dipertahankan sekitar 50 cm.
Untuk menambah tingkat produkivitas dan kesuburan, maka diberikan
makanan tambahan dengan komposisi sebagai berikut: tepung ikan 25%,
tepung kopra 10% dan dedak halus sebesar 65%. Komposisi ransum ini
digunakan dalam usaha budidaya ikan mujair secara komersial. Dapat juga
diberi makanan yang berupa pellet yang berkadar protein 20-30% dengan
dosis 2-3% dari berat populasi per hari, diberikan sebanyak 2 kali/hari yaitu
pada pagi dan sore hari.
Pemijahan akan terjadi setelah induk jantan membuat lubang sarang yang
berupa cekungan di dasar kolam dengan garis tengah sekitar 10-35 cm.
Begitu pembuatan sarang pemijahan selesai, segera berlangsung proses
pemijahan. Setelah proses pembuahan selesai, maka telur-telur hasil
pemijahan segera dikumpulkan oleh induk betina ke dalam mulutnya untuk
dierami hingga menetas. Pada saat tersebut induk betina tidak aktif makan
sehingga terlihat tubuhnya kurus. Telur akan menetas setelah 3-5 hari pada
suhu air sekitar 25-27 derajat C. Setelah sekitar 2 minggu sejak penetasan,
induk betina baru melepaskan anak-anaknya, karena telah mampu mencari
makanan sendiri.

4) Pemeliharaan Bibit
Pendederan atau pemeliharaan anak ikan mujair dilakukan setelah telur-telur
hasil pemijahan menetas. Kegiatan ini dilakukan pada kolam pendederan
yang sudah siap menerima anak ikan dimana kolam tersebut dikeringkan
terlebih dahulu serta dibersihkan dari ikan-ikan liar. Kolam diberi kapur dan
dipupuk sesuai ketentuan. Begitu pula dengan pemberian pakan untuk bibit
diseuaikan dengan ketentuan.
Jumlah penebaran dalam kolam pendederan tergantung dari ukuran benih
ikan. Benih ikan ukuran 1-3 cm, jumlah penebarannya sekitar 30-50
ekor/meter persegi, ukuran 3-5 cm jumlah penebarannya berkisar 5-10
ekor/meter persegi. Sedangkan anak ikan ukuran 5-8 cm jumlah
penebarannya 2-5 ekor/meter persegi. Untuk benih yang ukuran 5-8 cm ini,
sebaiknya dilakukan secara monoseks kultur, karena pada ukuran tersebut
benih ikan sudah dapat dibedakan yang berjenis kelamin jantan atau betina.
Pemeliharaan Pembesaran
Pemeliharaan pembesaran dapat dilakukan secara polikultur maupun
monokultur.
a) Polikultur
1. ikan mujair 50%, ikan tawes 20%, dan mas 30%, atau
2. ikan mujair 50%, ikan gurame 20% dan ikan mas 30%.
b) Monokultur
Pemeliharaan sistem ini merupakan pemeliharaan terbaik dibandingkan
dengan polikultur dan pada sistem ini dilakukan pemisahan antara induk
jantan dan betina.
Pembesaran ikan mujair pun dapat pula dilakukan di jaring apung, berupa Hapa
berukuran 1 x 2 m sampai 2 x 3 m dengan kedalaman 75-100 cm. Ukuran hapa
dapat disesuaikan dengan kedalaman kolam. Selain itu sawah yang sedang
diberokan dapat dipergunakan pula untuk pemijahan dan pemeliharaan benih
ikan mujair. Sebelum digunakan petak sawah diperdalam dahulu agar dapat
menampung air sedalam 50-60 cm, dibuat parit selebar 1-1,5 m dengan
kedalaman 60-75 cm.

1) Pemupukan
Pemupukan kolam bertujuan untuk meningkatkan dan produktivitas kolam,
yaitu dengan cara merangsang pertumbuhan makanan alami sebanyakbanyaknya.
Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk kandang atau pupuk
hijau dengan dosis 50–700 gram/m2
2) Pemberian Pakan
Apabila tingkat produkivitas dan kesuburan kolam sudah semakin berkurang,
maka bisa diberikan makanan tambahan dengan komposisi sebagai berikut:
tepung ikan 25%, tepung kopra 10% dan dedak halus sebesar 65%.
Komposisi ransum ini digunakan dalam usaha budidaya ikan munjair secara
komersial. Dapat juga diberi makanan yang berupa pellet yang berkadar
protein 20-30% dengan dosis 2-3% dari berat populasi per hari, diberikan
sebanyak dua kali per hari yaitu pada pagi dan sore hari.
Disamping itu juga kondisi pakan dalam perairan tersebut sesuai dengan
dosis atau ketentuan yang ada. Yaitu selain pakan dari media dasar juga
perlu diberi makanan tambahan berupa hancuran pellet atau remah dengan
dosis 10% dari berat populasi per hari. Pemberiannya 2-3 kali/hari.
3) Pemeliharaan Kolam/Tambak
Dalam hal pemeliharaan ikan mujair yang tidak boleh terabaikan adalah
menjaga kondisi perairan agar kualitas air cukup stabil dan bersih serta tidak
tercemari/teracuni oleh zat beracun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar