Penyuluh Perikanan Kab Musi Rawas
Ikan
betutu memiliki kelebihan tahan hidup di perairannya yang terbatas.
Ikan ini sering dipasarkan dalam bentuk hidup. Ikan yang tergolong mahal
ini merupakan makanan favorit di pasar ikan di Bangkok. Meski kulitnya
berwarna menyeramkan, tetapi daging di dalamnya berwarna putih bersih.
A. Pengenalan Jenis
Awalnya, ikan gabus malas adalah hama yang mengusik ketenangan
ikan-ikan peliharaan di kolam, sama seperti belut. Namanya sesuai dengan
kebiasaan hidupnya. Ikan ini hampir-hampir tidak bergerak saking
malasnya. Oleh karena itu, ikan ini harus diberi pakan hidup agar
bereaksi. Ikan gabus malas dikenal juga dengan nama betutu. Ikan betutu
memiliki sisik tipe ctenoid. Artinya, bentuk sisik kecilkecil dan
menyelimuti sekujur adannya. Pada bagian kepala sisik, terdapat moncong,
pipi, dan operculum. Bagian operculum sisik ini lebih besar
dibandingkan dengan yang lainnya. Sirip dubur lebih pendek dari sirip
punggung kedua.
Ikan ini mudah dibedakan dengan ikan lainnya karena mempunyai warna
tubuh cokelat kehitaman. Pada bagian punggungnya berwarna hijau gelap,
sedangkan warna bagian perutnya lebih terang. Bagian kepala memiliki
tanda berwarna merah muda.
Betutu bisa tumbuh hingga mencapai 45 cm. Badannya berbentuk bulat
panjang. Mulutnya bisa dibuka lebar dan siap menyantap mangsanya yang
melintas di depannya. Sirip ekor berbentuk membulat (rounded) dengan
kulit tubuh dihiasi belang-belang kecokelatan.
Jenis gabus malas atau ikan betutu yang dikenal di antaranya sebagai berikut.
1) Broadhead sleeper atau Dorminator lotifrans
Ikan ini tersebar di Kepulauan Pasifik dan Amerika Tengah serta
Meksiko bagian Selatan, baik di air asin maupun air tawar. Panjang
tubuhnya bisa mencapai hingga 25 cm. Broadhead sleeper suka makan
ikan-ikan kecil.
2) Spotted Goby atau Dorminator maculatus
Ikan ini bisa tumbuh sampai 25 cm. Spotted Goby tersebar di
Kepualauan Pasifik dan Amerika Tengah, baik di laut ataupun di air
payau.
3) Morgunda-morgunda atau purple-striped gudgeon
Ikan yang tergolong buas ini terdapat di perairan tawar di Australia Utara dan Tengah. Panjang tubuhnya bisa mencapai 20 cm.
B. Kebiasaan Hidup di Alam
Benih ikan gabus Bering tampak seperti serombongan ikan cere
(Lebistes reticulates) di kolam. Gabus malas ini berasal dari
Kalimantan, Sumatera, Malaysia, dan Thailand. Ikan ini hidup di sungai,
rawa dengan kedalaman 40 cm, dan menyukai perairan yang dangkal.
Ikan betutu ini cenderung memilih tempat yang gelap, berlumpur,
berarus tenang, atau wilayah bebatuan untuk bersembunyi. Di Indonesia,
ikan ini ditemukan di Palembang, Muara Kompeh, Gunung Sahilan, Jambi,
Danau Koto, Sungai Russu, Bua-bua, Banjarmasin, Sintang, Montrado, Batu
Pangal, Smitau,Danau Boran, Pontianak, Sungai Kapuas, Serawak dan
Ternate, Sungai Cisadane, Bengawan Solo, dan beberapa sungai besar
lainnya.
1. Kebiasaan makan
Di alam, betutu menyantap pakan yang jaraknya sangat dekat. Dengan
bentuk mulut yang sangat lebar, bukan halangan bagi betutu untuk
mengenyangkan perutnya.
Betutu termasuk golongan karnivora. Jenis pakan yang disukai adalah
ikan-ikan kecil, cacing, atau organisme lainnya, asalkan masih hidup.
Ikan ini bisa menyantap pakan ini dalam jumlah yang besar setiap
harinya.
2. Kebiasaan berkembang biak
Di alam, betutu akan kawin pada musim penghujan di tempat yang
berpasir bersih. Ikan ini kawin secara berpasangan. Telurnya akan
dietakkan di dasar atau ditempelkan pada substrat, pinggiran batu, atau
akar pokok kayu yang bersih. Telurnya akan tampak seperti kabut atau
kapas yang sangat lembut dan halus yang menempel pada substrat.
C. Memilih Induk
Induk betutu umumnya dikumpulkan dari alam sebab perlu waktu yang
lama dan pakan yang sangat banyak untuk menghasilkan induk di kolam.
Induk-induk ini umumnya dikumpulkan di antara betutu dewasa dan
diseleksi yang memiliki badan sehat. Induk jantan dapat dibedakan dari
induk betina dengan melihat ciri-ciri morfologis sebagai berikut.
Ciri induk yang berkualitas
Betina
Badannya berwana lebih gelap.Bercak hitam lebih banyak. Papila
urogenital berbentuk tonjolan memanjang yang lebih besar. membundar,
warnanya memerah saat menjelang memijah. Ukurannya lebih kecil
dibandingkan Ukurannya lebih kecil dibandingkan yang jantan pada umur
yang sama.Berbadan sehat.Dewasa.
Jantan
Badannya berwana lebih terang.Bercak hitam lebih sedikit.Papila
orogenital berbentuk segitiga, pipih, dan kecil.Pada umur yang sama
ukurannya lebih besar daripada betina.Berbadan sehat.Dewasa.
D. Pemijahan di Kolam
Awalnya, betutu adalah ikan liar yang kehadirannya tidak
dikehendaki di kolam pemeliharaan karena suka memangsa ikan yang
dipelihara di dalamnya. Oleh karena itu, bila hendak memijahkan betutu
di dalam kolam maka persiapannya harus matang agar tidak ada ikan lain
yang masuk ke dalam kolam dan mengganggu proses pemijahan ikan betutu.
1. Konstruksi kolam pemijahan ikan betutu
Luas kolam pemijahan bervariasi antara, tergantung ketersediaan
lahan. Kolam berbentuk persegi panjang dengan letak pintu pemasukan dan
pembuangan berseberangan secara
diagonal. Tujuannya agar kolam bisa
memperoleh air dari saluran langsung dan pembuangannya pun bisa lancar.
Debit air kolam minimal 25 liter/menit. Pergantian air yang kotinyu akan
berpengaruh positif terhadap proses pemijahan.
Tehnik memijahkan ikan betutu (Oxyeleotris marmoroto) dilakukan
dengan dua cara, yaitu pemijahan secara alami dan pemijahan secara
induksi (kawin suntik).
pada pemijahan alami tidak mengenal musim, bisa 3-4 kali dalam satu
tahun. ikan betutu mempunyai keinginan untuk memijah biasanya ketika
musim hujan. pada musim hujan perkembangbiakan ikan betutu ini akan
meningkat. Pada puncak musim kemarau (Juli-September) betutu agak malas
untuk berkembangbiak, tetapi pada pemeliharaan intensif ikan betutu ini
dapat memijah dengan pemberian pakan yang berkualitas.
Pemijahan secara alami dilaksanakan di kolam pemijahan yang
berukuran 20 x 10 m2 dengan kedalaman air 70-80 cm atau pada bak semen
yang lebih sempit. Debit air dijaga sekitar 25 liter/menit. pada kolam
pemijahan dilengkapi dengan sarang berbentuk segitiga yang terbuat dari
asbes yang disatukan, berukuran 30 cm. Tempat penempel telur ini
sekaligus menjadi kolektor telur.
2. Persiapan kolam
Induk dipersiapkan terlebih dahulu. Untuk kolam pemijahan seluas
200 m2, dapat disiapkan induk yang rata-rata berukuran 300 g sebanyak
35-40 pasang. Sementara untuk kolam kecil, dengan luas 8 m2, dapat
dimasukkan induk sebanyak 3-4 pasang.
Sebelum induk dimasukkan, kolam pemijahan dilengkapi dengan sarang
pemijahan berupa segitiga yang dibuat dari asbes. Ukuran panjang
segitigiga 30 cm yang diikat dengan kawat dan diberi pelampung untuk
mempermudah mengetahui keberadaannya.
Induk dimasukkan ke dalam kolam pemijahan setelah kolam terisi air
setinggi 40-45 cm. Selama proses pemijahan, sebaiknya kolam memperoleh
pergantian air secara kontinyu. Proses pergantian air secara kontinyu
ini terbukti mampu merangsang pemijahan hampir semua jenis ikan secara
alami.
3. Pemijahan
Tingkah laku pemijahan ikan betutu meliputi 5 tahap, yaitu
membentuk daerah kekuasaan, membuat sarang pemijahan, proses kawin,
memijah dan meletakkan telurnya pada sarang, dan menjaga telurnya.
Pemijahan biasanya terjadi pada malam hari, tetapi tidak jarang pada
Siang hari betutu juga memijah. Ikan ini akan kawin di dalam segitiga
sarang pemijahan. Selanjutnya, telur yang dihasilkan akan ditempelkan ke
dalam kotak segitiga sarang pemijahan tersebut.
E. Penetasan Telur dan Perawatan Benih
Telur ikan betutu berbentuk lonjong, transparan. Ukurannya sangat
kecil, kira-kira hanya bergaris tengah 0,83 mm. Telur tersebut melekat
pada dinding sarang. Setelah kontak dengan air selama 10-15 menit,
membran vitelinya akan mengembang terns dan panjang telur meningkat
sekitar 50 % hingga telur berukuran 1,3 mm.
Penetasan telur dilakukan di akuarium dengan mengangkat sarang
pemijahan yang telah berisi telur. Sebuah sarang pemijahan bisa
ditempati oleh sepasang induk, tetapi bisa juga ditempati beberapa ekor
induk. Kapasitas akuarium sebaiknya minimal 60 liter. Untuk menjamin
proses penetasan, diberi aerasi agak kuat, dan ditetesi beberapa tetes
Malachytgreen atau Metilen blue untuk mencegah jamur (fungi). Telur
yang terserang jamur akan tampak putih berbulu dan sebaiknya segera
disifon agar tidak menulari telur yang lain.
Jumlah telur dalam setiap sarang berkisar 20.000- 30.000 butir.
Telur tidak menetas dalam waktu yang bersamaan. Biasanya, penetasan
berlangsung 2-4 hari. Setelah telur menetas, kekuatan aerator dikurangi.
Adapun persentase telur yang menetas antara 80—90%.
F. Pendederan
Pendederan dimaksudkan untuk memelihara larva yang baru menetas dan
sudah habis kuning telurnya (yolk sack) ke dalam kolam untuk memperoleh
ikan yang seukuran sejari (fingerling). Pendederan biasanya dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu pendederan I dan pendederan II.
Pendederan I dilakukan di dalam bak atau kolam yang lebih kecil,
berukuran 5 m x 2 m dengan kedalaman 1 m. Kolam ini dipasangi hapa
dengan ukuran mata 500 mikron (0,5 mm) yang berukuran 100 cm x 75 cm dan
tinggi 60 cm.
Banyaknya hapa yang dipasang tergantung benih yang akan ditebar.
Kepadatan penebaran di dalam hapa pada pendederan I yaitu 30.000 ekor
/m2 atau 3o ekor/liter air. Jadi, ke dalam bak tersebut dapat ditampung
sebanyak 100.000-150.000 ekor larva, hasil dari 3-5 buah sarang, dengan
kedalaman air 50 cm. Lama pemeliharaan di dalam pendederan I ini yaitu 2
bulan. Dengan pakan yang disuplai dari luar, akan dihasilkan benih
seukuran 1-2 cm dengan tingkat hidup mencapai 20%.
Untuk pendederan 11, dibutuhkan kolam yang luasnya 50 m2 dengan
ukuran 5 m x 10 m dan kedalaman kolam 0,7 meter. Kolam dipupuk dengan
kotoran ayam sebanyak 0,5-1,5 kg /m2, tergantung dari kesuburan kolam.
Lama pemeliharaan di pendederan II yaitu 4 bulan dan akan dihasilkan
benih betutu berukuran 10 cm (30-50 g) dengan tingkat kehidupan bisa
mencapai 100%.
G. Pembesaran
Pembesaran dimaksudkan untuk menghasilkan betutu berukuran
konsumsi. Kolam yang dibutuhkan seluas 200-600 m2. Kolam diusahakan
memperoleh air barn dengan konstruksi pematang kolam dari tanah dengan
terlebih dahulu dipastikan tidak bocor. Idealnya, kolam betutu dengan
pematang yang ditembok. Di dalam kolam ditempatkan beberapa tempat
persembunyian berupa ban bekas atau dawn kelapa karena betutu
menghendaki lingkungan yang agak remang-remang.
Kolam dipupuk terlebih dahulu dengan kotoran ayam dengan dosis
0.5-1.5 kg/m2. Kolam diairi dengan air yang sudah lewat saringan.
Selanjutnya, benih berukuran ditebarkan. Adapun kepadatan penebaran
tergantung benih yang ditebarkan. Untuk benih berukuran 100 g dapat
ditebarkan 20 ekor/m2, sedangkan yang berukuran 175 g dapat ditebarkan
sebanyak 8 ekor/m2. Dalam tempo 5 bulan, benih yang beratnya 100 g dapat
tumbuh menjadi 250 g/ekor, sedangkan yang berukuran 175 g dapat
mencapai berat 400 g/ekor selama 6 bulan.
(Dari berbagai sumber).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar