Senin, 25 Februari 2019

Penyakit Aeromonas Pada Ikan Air Tawar

Oleh "Ahmad Rukbi, SP. MM. M.Si."
Penyuluh Perikanan Kab Musi Rawas

Salah satu kendala yang dihadapi dalam budidaya ikan intensif adalah penyakit ikan, baik itu penyakit mikrobial maupun fungal. Salah satu jenis penyakit ikan yang sering dijumpai adalah penyakit  bakterial yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila.


A. hyrophila merupakan bakteri patogen penyebab penyakit Motil Aeromonas Septicemia (MAS), terutama untuk spesies ikan air tawar di perairan tropis. Bakteri ini termasuk patogen oportunistik yang hampir selalu ada di air dan siap menimbulkan penyakit apabila ikan dalam kondisi kurang baik. Penyebaran penyakit bakterial pada ikan umumnya sangat cepat serta dapat menimbulkan kematian yang sangat tinggi pada ikan-ikan yang diserangnya. Ikan yang terserang penyakit MAS menyebabkan pertumbuhan yang terganggu, bahkan dapat menyebabkan kematian. Tak jarang MAS dapat menimbulkan kerugian yang besar bagi peternak budidaya ikan.

Penyakit bakterial pada ikan khususnya yang disebabkan oleh A. hydrophila mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1980. Bakteri ini menyebabkan wabah penyakit pada ikan karper di Jawa Barat dan berakibat kematian. Di tahun yang sama kejadian serupa juga terjadi yang dikenal dengan penyakit ulcerative disease atau penyakit borok/penyakit merah yang mengakibatkan kematian sekitar kurang lebih 173 ton jenis ikan mas termasuk di dalamnya 30 % ikan-ikan kecil/benih mati disebabkan oleh bakteri Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp.. Penyakit ini dapat menjadi kejadian yang sistemik dan menimbulkan kematian pada ikan yang tinggi, menyerang ikan-ikan budidaya, dan dalam waktu singkat menyebar ke daerah lain.

Usaha yang telah dilakukan untuk mengatasi baik pencegahan maupun pengobatan penyakit yang disebabkan bakteri A. hydrophila adalah dengan pemberian bahan-bahan kimia maupun pemberian antibiotik sintetis. Pemberian bahan kimia ini memang dapat mencegah maupun mengobati penyakit pada ikan bila digunakan dengan dosis yang tepat, akan tetapi bila digunakan tidak terkontrol maka dapat menimbulkan beberapa efek negatif. Residu antibiotik dapat mencemari lingkungan dan juga dapat dijumpai di tubuh ikan, sehingga ikan tidak aman untuk dikonsumsi oleh manusia.
ETIOLOGI
A. hydophila merupakan bakteri heterotropik gram negatif yang berbentuk batang dan tidak membentuk spora. Bakteri anaerobik fakultatif ini merupakan bakteri yang dapat ditemukan dimana-mana dan berasal dari lingkungan air. Walau begitu, bakteri ini dapat bertahan hidup pada lingkungan yang aerob maupun anaerob dan dapat mencerna gelatin dan hemoglobin. Ada sedikitnya 13 spesies Aeromonas sp., diantaranya bersifat mesofilik, yaitu A. hydrophila, A. caviae, A. sobria, A. veronii, dan A. schubertii. Bakteri ini biasanya dapat ditemukan pada daerah beriklim hangat (panas)(Janda and Abbott 2010).
Klasifikasi Aeromonas hydrophila (Janda and Abbot 2010)
Kingdom Bacteria
Phylum Proteobacteria
Class Gammaproteobacteria
Ordo Aeoromonadales
Family Aeromonadaceae
Genus Aeromonas
Spesies A. hydrophila
Ae1
Gambaran mikroskopis Aeromonas hydrophilla
EPIDEMIOLOGI
A. hydrophila menyebabkan sindrom penyakit yang menyebar secara luas pada hewan beradar panas maupun hewan berdarah dingin, termasuk ikan, reptil, amfibi, mamalia, dan manusia. Bakteri ini menyebar melalui air (Janda and Abbott 2010).
PATOGENESA
A. hydrophila merupakan bakteri yang sangat toksik (beracun) pada beberapa organisme. Di dalam tubuh, bakteri akan masuk ke sistem peredaran darah dan menginfeksi organ tubuh. Bakteri ini menghasilkan Aerolysin Cytotoxic Enterotoxin (ATC) yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan tubuh. A. hydrophila umumnya patogen pada ikan dan hewan amfibi . Dua peyakit utama yang disebabkan oleh Aeromonas adalah gastroenteritis dan infeksi pada luka. Gastroenteritis terjadi setelah mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi, sedangkan infeksi pada luka terjadi setelah terpapar oleh air yang terkontaminasi Aeromonas (Morris dan Horneman 2014).
GEJALA KLINIS
A. hydrophila umumnya mengakibatkan ulser, nekrosa ekor dan sirip, dan septisemia hemoragi, terjadi hiperemi (kemerahan) di bekas suntikan pada ikan mas, kemudian terjadi peradangan (inflamasi) terjadi setelah 9 jam. Pada hari kedua setelah penyuntikan, terjadi nekrosis dan ulser (tukak) semakin melebar dan bertambah dalam pada bekas suntikan tersebut. Pergerakan ikan menjadi lambat dan bahkan menjadi diam serta menyebabkan kematian (Lukistyowati dan Kurniasih 2011).
ae2
Gejala klinis ikan mas (Cyprinus carpio L) yang diinfeks A. hydrophila secara intramuskular (Lukistyowati dan Kurniasih 2011)
Gejala klinis A. hydrophila pada ikan nila (Oreochromis niloticus) setelah 24 jam infeksi adalah munculnya bercak kemerahan di sekitar tubuh ikan, pendarahan pada sirip ekor dan punggung, dan terjadi luka pada bekas suntikan infeksi A. hydrophila. Pergerakan dan tingkah laku ikan menjadi tidak normal, yaitu ikan bergerak lambat. Warna tubuh ikan menjadi lebih gelap. Ikan menjadi lebih sering berada di dasar akuarium. Nafsu makan ikan menjadi menurun dan muncul lendir yang berlebihan pada tubuh ikan. Pada hari kedua pasca infeksi, sirip ekor dan punggung ikan terlihat lebih geripis dan perut terlihat membuncit karena berisi cairan (Rahmaningsih 2011).
ae3
Ikan nila (O. niloticus) yang terserang bakteri A. hydrophila (Rahmaningsih 2011)
Gejala klinis pada ikan lele dumbo cukup lama ditunjukkan oleh bakteri A. hydrophila. Gejala klinis terlihat pada hari ke-5 pasca infeksi. Hal ini disebabkan karena sistem imun ikan lele dumbo mampu bertahan sampai hari ke-4. Gejala klinis yang tampak pada hari ke-5 antara lain terdapat bercak merah pada bagian kepala ikan, terjadi exophtalmia (mata menonjol keluar), terdapat lesi pada bagian dorsal bekas penyuntikan (Asniatih et al. 2013).
ae4
Gejala klinis organ eksternal ikan lele dumbo (C. Gariepinus) pasca infeksi A. hydrophila. A: Ikan lele dumbo sebelum infeksi. B dan C: Ikan lele dumbo pada hari ke-4 pasca infeksi. D: Ikan lele dumbo pada hari ke-5 pasca infeksi (Asniatih et al. 2013). Keterangan: BM=bintik merah, E=exopthalmia, L=lesio, PK=pucat kemerahan.
ae5
Gejala klinis organ internal ikan lele dumbo (C. Gariepinus). A: Ikan lele dumbo sebelum penyuntikan. B: Ikan lele dumbo pada hari ke-5 pasca infeksi. C: Insang ikan lele dumbo pada hari ke-5 pasca infeksi (Asniatih et al. 2013). Keterangan: M=merah, P=pucat, MK=merah kehitaman.
PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
A. hydrophila dapat dicegah dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan cara menerapkan sistem sanitasi yang baik dan benar. Penerapan sanitasi yang baik dan benar membuat kualitas air tetap terjaga dan tidak tercampur dengan air lain yang kualitasnya tidak baik untuk ikan. Selain itu juga dilakukan pengaturan terhadap kadar oksigen sehingga kadar oksigen tidak menurun dan air tidak mudah terkontaminasi dan menghindari infeksi pada luka. Penggunaan desinfektan juga dapat digunakan dalam pencegahan bakteri A. hydrophilla, namun harus diperhatikan dosis yang digunakan tersebut (Wikipedia 2013).
Ada beberapa jenis antibiotik yang resisten terhadap A. hydrophila, yaitu penisilin, cephalosporin, dan eritromisin. Ciprofloksasin merupakan antibiotik yang efektif dalam mengatasi A. hydrophila di Amerika dan Eropa. Di Asia ciprofloksasin dilaporkan sudah menjadi resisten. A. hydrophila dapat dieliminasi dengan menggunakan larutan sodium hipoklorit 1% dan kalsium hipoklorit 2%.
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI
 Isolasi
Bakteri A. hyrophila dapat diisolasi dengan menggunakan organ tubuh ikan. Bakteri diinokulasi pada ikan dengan cara injeksi intramuskular sampai dosis mencapai LD50. Ikan yang mati dibedah dan dilakukan pengusapan pada organ ginjal ikan. Pengusapan dilakukan dengan menggunakan ose steril dan ditanam pada media selektif GSP. Hasil inokulasi pada GSP tersebut diikubasi pada suhu 28ÂșC selama 24 jam. Koloni A. hydrophila  ditunjukkan dengan warna kuning. Koloni tersebut diinokulasi kembali pada media TSA hingga murni dan bakteri yang tumbuh pada media menjadi seragam. Isolasi dapat dilakukan pada ikan mas, ikan nila, dan ikan lele dumbo.
Identifikasi
Identifikasi bakteri dilakukan melalui uji fisiologis pada media selektif A. hydrophila yaitu media RS (Rimler shotts) dan uji pewarnaan gram. Warna koloni A. hydrophilla pada media RS adalah kuning. Pada pewarnaan gram, bakteri terlihat berwarna merah (Gram negatif), berbentuk batang, dan pendek (BSN 2009). Identifikasi secara biokimia dilakukan dengan dengan beberapa metode, yaitu oksidase, katalase, TSIA, H2S, Gas, Motil, Indol, O/F, dan sitrat. Berikut adalah karakteristik A. hydrophila pada pengujian secara biokimia.






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar