Penyuluh Perikanan Kab Musi Rawas
Salah satu kendala yang dihadapi dalam
budidaya ikan intensif adalah penyakit ikan, baik itu penyakit mikrobial
maupun fungal. Salah satu jenis penyakit ikan yang sering dijumpai
adalah penyakit bakterial yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila.
A. hyrophila merupakan bakteri patogen penyebab penyakit Motil Aeromonas Septicemia
(MAS), terutama untuk spesies ikan air tawar di perairan tropis.
Bakteri ini termasuk patogen oportunistik yang hampir selalu ada di air
dan siap menimbulkan penyakit apabila ikan dalam kondisi kurang baik.
Penyebaran penyakit bakterial pada ikan umumnya sangat cepat serta dapat
menimbulkan kematian yang sangat tinggi pada ikan-ikan yang
diserangnya. Ikan yang terserang penyakit MAS menyebabkan pertumbuhan
yang terganggu, bahkan dapat menyebabkan kematian. Tak jarang MAS dapat
menimbulkan kerugian yang besar bagi peternak budidaya ikan.
Penyakit bakterial pada ikan khususnya yang disebabkan oleh A. hydrophila mulai
dikenal di Indonesia sekitar tahun 1980. Bakteri ini menyebabkan wabah
penyakit pada ikan karper di Jawa Barat dan berakibat kematian. Di tahun
yang sama kejadian serupa juga terjadi yang dikenal dengan penyakit ulcerative disease
atau penyakit borok/penyakit merah yang mengakibatkan kematian sekitar
kurang lebih 173 ton jenis ikan mas termasuk di dalamnya 30 % ikan-ikan
kecil/benih mati disebabkan oleh bakteri Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp..
Penyakit ini dapat menjadi kejadian yang sistemik dan menimbulkan
kematian pada ikan yang tinggi, menyerang ikan-ikan budidaya, dan dalam
waktu singkat menyebar ke daerah lain.
Usaha yang telah dilakukan untuk mengatasi baik pencegahan maupun pengobatan penyakit yang disebabkan bakteri A. hydrophila adalah
dengan pemberian bahan-bahan kimia maupun pemberian antibiotik
sintetis. Pemberian bahan kimia ini memang dapat mencegah maupun
mengobati penyakit pada ikan bila digunakan dengan dosis yang tepat,
akan tetapi bila digunakan tidak terkontrol maka dapat menimbulkan
beberapa efek negatif. Residu antibiotik dapat mencemari lingkungan dan
juga dapat dijumpai di tubuh ikan, sehingga ikan tidak aman untuk
dikonsumsi oleh manusia.
ETIOLOGI
A. hydophila merupakan bakteri
heterotropik gram negatif yang berbentuk batang dan tidak membentuk
spora. Bakteri anaerobik fakultatif ini merupakan bakteri yang dapat
ditemukan dimana-mana dan berasal dari lingkungan air. Walau begitu,
bakteri ini dapat bertahan hidup pada lingkungan yang aerob maupun
anaerob dan dapat mencerna gelatin dan hemoglobin. Ada sedikitnya 13
spesies Aeromonas sp., diantaranya bersifat mesofilik, yaitu A. hydrophila, A. caviae, A. sobria, A. veronii, dan A. schubertii. Bakteri ini biasanya dapat ditemukan pada daerah beriklim hangat (panas)(Janda and Abbott 2010).
Klasifikasi Aeromonas hydrophila (Janda and Abbot 2010)
|
|
Kingdom | Bacteria |
Phylum | Proteobacteria |
Class | Gammaproteobacteria |
Ordo | Aeoromonadales |
Family | Aeromonadaceae |
Genus | Aeromonas |
Spesies | A. hydrophila |
EPIDEMIOLOGI
A. hydrophila menyebabkan sindrom penyakit yang menyebar
secara luas pada hewan beradar panas maupun hewan berdarah dingin,
termasuk ikan, reptil, amfibi, mamalia, dan manusia. Bakteri ini
menyebar melalui air (Janda and Abbott 2010).
PATOGENESA
A. hydrophila merupakan bakteri
yang sangat toksik (beracun) pada beberapa organisme. Di dalam tubuh,
bakteri akan masuk ke sistem peredaran darah dan menginfeksi organ
tubuh. Bakteri ini menghasilkan Aerolysin Cytotoxic Enterotoxin (ATC) yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan tubuh. A. hydrophila umumnya patogen pada ikan dan hewan amfibi . Dua peyakit utama yang disebabkan oleh Aeromonas adalah
gastroenteritis dan infeksi pada luka. Gastroenteritis terjadi setelah
mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi, sedangkan infeksi
pada luka terjadi setelah terpapar oleh air yang terkontaminasi Aeromonas (Morris dan Horneman 2014).
GEJALA KLINIS
A. hydrophila umumnya
mengakibatkan ulser, nekrosa ekor dan sirip, dan septisemia hemoragi,
terjadi hiperemi (kemerahan) di bekas suntikan pada ikan mas, kemudian
terjadi peradangan (inflamasi) terjadi setelah 9 jam. Pada hari kedua
setelah penyuntikan, terjadi nekrosis dan ulser (tukak) semakin melebar
dan bertambah dalam pada bekas suntikan tersebut. Pergerakan ikan
menjadi lambat dan bahkan menjadi diam serta menyebabkan kematian
(Lukistyowati dan Kurniasih 2011).
Gejala klinis A. hydrophila pada ikan nila (Oreochromis niloticus)
setelah 24 jam infeksi adalah munculnya bercak kemerahan di sekitar
tubuh ikan, pendarahan pada sirip ekor dan punggung, dan terjadi luka
pada bekas suntikan infeksi A. hydrophila. Pergerakan dan
tingkah laku ikan menjadi tidak normal, yaitu ikan bergerak lambat.
Warna tubuh ikan menjadi lebih gelap. Ikan menjadi lebih sering berada
di dasar akuarium. Nafsu makan ikan menjadi menurun dan muncul lendir
yang berlebihan pada tubuh ikan. Pada hari kedua pasca infeksi, sirip
ekor dan punggung ikan terlihat lebih geripis dan perut terlihat
membuncit karena berisi cairan (Rahmaningsih 2011).
Gejala klinis pada ikan lele dumbo cukup lama ditunjukkan oleh bakteri A. hydrophila.
Gejala klinis terlihat pada hari ke-5 pasca infeksi. Hal ini disebabkan
karena sistem imun ikan lele dumbo mampu bertahan sampai hari ke-4.
Gejala klinis yang tampak pada hari ke-5 antara lain terdapat bercak
merah pada bagian kepala ikan, terjadi exophtalmia (mata menonjol
keluar), terdapat lesi pada bagian dorsal bekas penyuntikan (Asniatih et al. 2013).
PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
A. hydrophila dapat dicegah
dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan cara menerapkan sistem
sanitasi yang baik dan benar. Penerapan sanitasi yang baik dan benar
membuat kualitas air tetap terjaga dan tidak tercampur dengan air lain
yang kualitasnya tidak baik untuk ikan. Selain itu juga dilakukan
pengaturan terhadap kadar oksigen sehingga kadar oksigen tidak menurun
dan air tidak mudah terkontaminasi dan menghindari infeksi pada luka.
Penggunaan desinfektan juga dapat digunakan dalam pencegahan bakteri A. hydrophilla, namun harus diperhatikan dosis yang digunakan tersebut (Wikipedia 2013).
Ada beberapa jenis antibiotik yang resisten terhadap A. hydrophila, yaitu penisilin, cephalosporin, dan eritromisin. Ciprofloksasin merupakan antibiotik yang efektif dalam mengatasi A. hydrophila di Amerika dan Eropa. Di Asia ciprofloksasin dilaporkan sudah menjadi resisten. A. hydrophila dapat dieliminasi dengan menggunakan larutan sodium hipoklorit 1% dan kalsium hipoklorit 2%.
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI
Isolasi
Bakteri A. hyrophila dapat
diisolasi dengan menggunakan organ tubuh ikan. Bakteri diinokulasi pada
ikan dengan cara injeksi intramuskular sampai dosis mencapai LD50. Ikan
yang mati dibedah dan dilakukan pengusapan pada organ ginjal ikan.
Pengusapan dilakukan dengan menggunakan ose steril dan ditanam pada
media selektif GSP. Hasil inokulasi pada GSP tersebut diikubasi pada
suhu 28ÂșC selama 24 jam. Koloni A. hydrophila ditunjukkan
dengan warna kuning. Koloni tersebut diinokulasi kembali pada media TSA
hingga murni dan bakteri yang tumbuh pada media menjadi seragam. Isolasi
dapat dilakukan pada ikan mas, ikan nila, dan ikan lele dumbo.
Identifikasi
Identifikasi bakteri dilakukan melalui uji fisiologis pada media selektif A. hydrophila yaitu media RS (Rimler shotts) dan uji pewarnaan gram. Warna koloni A. hydrophilla
pada media RS adalah kuning. Pada pewarnaan gram, bakteri terlihat
berwarna merah (Gram negatif), berbentuk batang, dan pendek (BSN 2009).
Identifikasi secara biokimia dilakukan dengan dengan beberapa metode,
yaitu oksidase, katalase, TSIA, H2S, Gas, Motil, Indol, O/F, dan sitrat.
Berikut adalah karakteristik A. hydrophila pada pengujian secara biokimia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar