Jumat, 25 Januari 2019

Hama Dan Penyakit Pada Udang Vanamei

Oleh "Ahmad Rukbi, SP. MM. M.Si"
Penyuluh Perikanan Kab Musi Rawas


Hama dan Penyakit pada Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)
1.1       Pengertian Hama dan Penyakit
Berdasarkan penyebabnya, penyakit ikan/udang dibagi menjadi non patogen dan patogen. Non patogenartinya penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang kurang mendukung, seperti air yang kotor, suhu dan kandungan oksigen terlalu tinggi atau rendah, juga kandungan amoniak yang tinggi. Sedangkan penyakit patogen adalah jenis penyakit yang disebabkan oleh organisme seperti bakteri, jamur, protozoa, virus, atau cacing yang sifatnya merugikan. Mengatasi penyakit ini juga merupakan salah satu tantangan terbesar bagi petani karena jika tidak diperhatikan dengan baik maka gagal panen pun bisa terjadi. Sejumlah penyakit patogen berikut adalah penyakit yang sering ditemukan dan beberapa menjadi prioritas penanganan oleh KKP di tahun ini.
1.2       Hama dan Penyakit Pada Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)
Berikut ini adalah beberapa penyakit yang sering menyarang udang vaname, diantaranya:
  1. White Feces Disease (WFD) Penyakit WFD atau disebut juga penyakit kotoran putih ini sempat mewabah di tahun 2016 kemarin, sampai mengakibatkan penurunan produksi udang vanamei nasional. Pasalnya, penyakit ini selain menurunkan FCR, juga menghambat pertumbuhan sampai menurunkan survival rate udang dari 90% menjadi 70%. Tidak hanya memproduksi banyak kotoran putih yang mengambang di permukaan, udang yang terserang WFD juga kulit luarnya mengelupas dan terdapat parasit berbentuk cacing di dalam ususnya.berikut ini adalah gambaran mengenai penyakit WFD yang terlihat pada gambar 1, diantaranya:
Penyakit ini disebabkan oleh parasit dan bakteri Vibrio yang muncul ketika kualitas air menurun, seperti menumpuknya sisa pakan yang akhirnya menjadikan banyaknya senyawa organik di perairan tambak. Untuk itu, mengatasi penyakit WFD ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kebersihan media hidup udang, di antaranya:
a)      Menambahkan disinfektan berbagai jenis agar ampuh membunuh organisme merugikan. Contohnya seperti kaporit (10 ppm selama 7 hari), BKC atau Benzalkonium Chloride 100% (2 ppm selama 2 hari), dan formaldehid (10-15 ppm selama 5 hari).
b)      Menambahkan probiotik yang menekan pertumbuhan parasit dan bakteri Vibrio. Bisa juga menambahkan bawang putih sebanyak 5-10 gram/kg pakan.
c)      Mengurangi padat tebar. Padat tebar maksimal 80 ekor/m2 terbukti mampu menghilangkan wabah WFD.
d)     Menerapkan biosekuriti, yaitu sistem yang meminimalisir masuk-keluarnya patogen dari luar seperti membuat tandon
  1. White Spot Syndrome (WSS)
Penyakit bintik putih ini disebabkan oleh virus (WSSV, White Spot Syndrome Virus) yang sampai saat ini belum ditemukan obatnya. Virus ini dampaknya sangat fatal karena bisa menyebabkan 100% kematian pada udang dalam waktu 3-19 hari setelah infeksi. Ciri-cirinya adalah adanya bintik-bintik putih di permukaan kulit (diameter 0,5-2 mm) dan seluruh tubuh udang menjadi kemerahan. Selain itu udang berenang ke permukaan, melemah, dan akhirnya mati di pematang. Meski tidak ada obatnya, hal terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan tindakan pencegahan, di antaranya:
a.              Memilih benih berkualitas dan bebas penyakit (bisa ditanyakan pada penjual benih, apakah benih sudah dicek kesehatannya dan bukan berasal dari satu induk).
b.             Hindari pakan perlebih karena akan menurunkan kualitas air yang akan berdampak pada tingkat daya tahan tubuh udang.
c.              Memusnahkan udang yang telah terinfeksi agar penyakit tidak menyebar.
d.             Segera lakukan pemanenan, jika udang sudah layak dan siap untuk dijual.
Berikut ini adalah gambaran mengenai penyakit WSS yang terlihat pada gambar 2, diantaranya:
 
Gambar 2. Penyakit WSS Pada Udang Vanamei

  1. Early Mortality Syindrome (EMS)
Penyakit EMS merupakan salah satu penyakit pada udang yang menyebabkan kematian massal di awal budidaya (usia udang 20-30 hari). Bakteri Vibrio yang menyebabkan penyakit ini merusak organ hepatopankreas udang sehingga udang tidak nafsu makan. Ciri-ciri udang yang terjangkiti adalah lemah, ususnya kosong (bening), dan organ hepatopankreasnya tampak pucat dan lembek. Meskipun fatal pada udang, tapi bakteri Vibrio tidak memiliki dampak pada manusia. Proses pembekuan pun dapat menonaktifkan bakteri tersebut. Kualitas perairan yang baik dan lingkungan yang bebas penyakit adalah kunci dalam mengatasi dan mencegah mewabahnya EMS. Hal-hal yang bisa dilakukan adalah;
a.              Memastikan benih bebas penyakit.
b.         Cek pada saat fase pendederan, pastikan udang muda tidak menunjukkan tanda-tanda terserang penyakit.
c.              Menerapkan biosekuriti yang menjaga lingkungan terjaga dari benda asing yang membawa penyakit ke dalam tambak. Contohnya, menutup kolam dengan terpal.
d.             Memberikan zat disinfektan untuk menekan pertumbuhan bakteri.
Berikut ini adalah gambaran mengenai penyakit EMS yang terlihat pada gambar 3, diantaranya:
Gambar 3. Penyakit EMS Pada Udang Vanamei

1.3       Pencegahan dan Pengendalian Hama Penyakit Udang Vanamei
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sejak persiapan tambak, pemasukan air,
pemilihan benur, dan selama pemeliharaan. Aktivitas penting yang perlu dilakukan adalah monitoring rutin terhadap kesehatan udang, kualitas air, dan tindakan pencegahan. Berikut adalah pencegahan dan pengendalian hama penyakit diantaranya:
1.             Pencegahan Hama dan Penyakit
a)              Tidak membuang dan mengganti air apabila udang yang dipelihara diketahui terkena virus. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit ke perairan umum dan tambak lainnya.
b)             Tumbuhan air yang diambil dari petakan tambak, tidak dibuang ke petak lain atau perairan umum karena dikhawatirkan dapat menyebarkan penyakit.
c)              Udang yang sakit atau mati segera dikeluarkan dari tambak dan dicelupkan ke larutan formalin, selanjutnya dikubur di luar area petakan tambak.
d)             Menerapkan biosekuriti pada seluruh kegiatan dan area pertambakan, yaitu :
  • Menyiapkan bak sterilisasi bagi manusia yang ingin masuk ke area tambak,
  • Membatasi akses manusia dan hewan pembawa penyakit, antara lain kepiting, burung, dan hewan lainnya untuk masuk ke area tambak dengan pembuatan pagar pembatas dari jaring ke sekeliling tambak.
  • Pengendalian hewan berupa burung dapat dilakukan dengan membuat penghalau berupa tali senar di atas tambak.
2.             Pencegahan Hama dan Penyakit
Pencegahan hama dan penyakit udang salah satunya dengan menggunakan saponin. Tahapan penggunaan saponin diantaranya:
a)      Penggunaan saponin hanya saat persiapan tambak. Digunakan untuk memberantas ikan, telur ikan, dan keong. Saponin juga dapat merangsang pergantian kulit udang (molting) dan pertumbuhan alga atau berfungsi sebagai pupuk organik.
b)      Saponin direndam dalam wadah yang telah disiapkan selama 6 – 12 jam, agar saponin larut ke dalam air tawar.
c)      Taburkan larutan saponin secara merata ke dalam kolam, ampasnya dapat ikut disebarkan di tambak untuk menambah kesuburan tanah.
d)     Dosis saponin 15 – 20 ppm jika salinitas 30 ppt ke atas. Jika salinitas di bawah 30 ppt, maka dosis saponin 25 - 30 ppm.
e)      Dosis untuk merangsang udang agar molting yaitu 5 – 10 ppm.
f)       Pemakaian efektif pada siang hari. Setelah yakin seluruh hama yang ada di petakan tambak mati akibat saponin, selanjutnya dilakukan pengisian air dengan ketinggian minimal 1 m.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar