Penyuluh Perikanan Kab Musi Rawas
Hama dan Penyakit pada Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)
1.1 Pengertian Hama dan Penyakit
Berdasarkan penyebabnya, penyakit ikan/udang dibagi
menjadi non patogen dan patogen. Non patogenartinya penyakit yang disebabkan
oleh lingkungan yang kurang mendukung, seperti air yang kotor, suhu dan
kandungan oksigen terlalu tinggi atau rendah, juga kandungan amoniak yang
tinggi. Sedangkan penyakit patogen adalah jenis penyakit yang
disebabkan oleh organisme seperti bakteri, jamur, protozoa, virus, atau cacing
yang sifatnya merugikan. Mengatasi penyakit ini juga merupakan salah satu
tantangan terbesar bagi petani karena jika tidak diperhatikan dengan baik maka
gagal panen pun bisa terjadi. Sejumlah penyakit patogen berikut adalah penyakit
yang sering ditemukan dan beberapa menjadi prioritas penanganan oleh KKP di tahun
ini.
1.2 Hama dan Penyakit Pada Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)
Berikut ini adalah beberapa penyakit yang sering
menyarang udang vaname, diantaranya:
- White Feces Disease (WFD) Penyakit WFD atau disebut juga penyakit kotoran putih ini sempat mewabah di tahun 2016 kemarin, sampai mengakibatkan penurunan produksi udang vanamei nasional. Pasalnya, penyakit ini selain menurunkan FCR, juga menghambat pertumbuhan sampai menurunkan survival rate udang dari 90% menjadi 70%. Tidak hanya memproduksi banyak kotoran putih yang mengambang di permukaan, udang yang terserang WFD juga kulit luarnya mengelupas dan terdapat parasit berbentuk cacing di dalam ususnya.berikut ini adalah gambaran mengenai penyakit WFD yang terlihat pada gambar 1, diantaranya:
Penyakit ini disebabkan oleh parasit dan bakteri
Vibrio yang muncul ketika kualitas air menurun, seperti menumpuknya sisa pakan
yang akhirnya menjadikan banyaknya senyawa organik di perairan tambak. Untuk
itu, mengatasi penyakit WFD ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kebersihan
media hidup udang, di antaranya:
a)
Menambahkan
disinfektan berbagai jenis agar ampuh membunuh organisme merugikan. Contohnya
seperti kaporit (10 ppm selama 7 hari), BKC atau Benzalkonium Chloride 100% (2
ppm selama 2 hari), dan formaldehid (10-15 ppm selama 5 hari).
b)
Menambahkan
probiotik yang menekan pertumbuhan parasit dan bakteri Vibrio. Bisa juga
menambahkan bawang putih sebanyak 5-10 gram/kg pakan.
c)
Mengurangi
padat tebar. Padat tebar maksimal 80 ekor/m2 terbukti mampu menghilangkan wabah
WFD.
d)
Menerapkan
biosekuriti, yaitu sistem yang meminimalisir masuk-keluarnya patogen dari luar
seperti membuat tandon
- White Spot Syndrome (WSS)
Penyakit bintik putih ini disebabkan oleh virus (WSSV,
White Spot Syndrome Virus) yang sampai saat ini belum ditemukan obatnya. Virus
ini dampaknya sangat fatal karena bisa menyebabkan 100% kematian pada udang
dalam waktu 3-19 hari setelah infeksi. Ciri-cirinya adalah adanya bintik-bintik
putih di permukaan kulit (diameter 0,5-2 mm) dan seluruh tubuh udang menjadi
kemerahan. Selain itu udang berenang ke permukaan, melemah, dan akhirnya mati
di pematang. Meski tidak ada obatnya, hal terbaik yang bisa dilakukan adalah
dengan tindakan pencegahan, di antaranya:
a.
Memilih
benih berkualitas dan bebas penyakit (bisa ditanyakan pada penjual benih,
apakah benih sudah dicek kesehatannya dan bukan berasal dari satu induk).
b.
Hindari
pakan perlebih karena akan menurunkan kualitas air yang akan berdampak pada
tingkat daya tahan tubuh udang.
c.
Memusnahkan
udang yang telah terinfeksi agar penyakit tidak menyebar.
d.
Segera
lakukan pemanenan, jika udang sudah layak dan siap untuk dijual.
Berikut
ini adalah gambaran mengenai penyakit WSS yang terlihat pada gambar 2,
diantaranya:
Gambar 2. Penyakit WSS Pada Udang Vanamei
- Early Mortality Syindrome (EMS)
Penyakit EMS merupakan salah satu penyakit pada udang
yang menyebabkan kematian massal di awal budidaya (usia udang 20-30 hari).
Bakteri Vibrio yang menyebabkan penyakit ini merusak organ hepatopankreas udang
sehingga udang tidak nafsu makan. Ciri-ciri udang yang terjangkiti adalah
lemah, ususnya kosong (bening), dan organ hepatopankreasnya tampak pucat dan
lembek. Meskipun fatal pada udang, tapi bakteri Vibrio tidak memiliki dampak
pada manusia. Proses pembekuan pun dapat menonaktifkan bakteri tersebut. Kualitas
perairan yang baik dan lingkungan yang bebas penyakit adalah kunci dalam
mengatasi dan mencegah mewabahnya EMS. Hal-hal yang bisa dilakukan adalah;
a.
Memastikan
benih bebas penyakit.
b. Cek
pada saat fase pendederan, pastikan udang muda tidak menunjukkan tanda-tanda
terserang penyakit.
c.
Menerapkan
biosekuriti yang menjaga lingkungan terjaga dari benda asing yang membawa
penyakit ke dalam tambak. Contohnya, menutup kolam dengan terpal.
d.
Memberikan
zat disinfektan untuk menekan pertumbuhan bakteri.
Berikut ini adalah gambaran mengenai penyakit EMS
yang terlihat pada gambar 3, diantaranya:
Gambar 3. Penyakit EMS Pada Udang Vanamei
1.3 Pencegahan dan Pengendalian Hama Penyakit
Udang Vanamei
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan
sejak persiapan tambak, pemasukan air,
pemilihan
benur, dan selama pemeliharaan. Aktivitas penting yang perlu dilakukan adalah
monitoring rutin terhadap kesehatan udang, kualitas air, dan tindakan
pencegahan. Berikut adalah pencegahan dan pengendalian hama penyakit
diantaranya:
1.
Pencegahan
Hama dan Penyakit
a)
Tidak membuang dan mengganti air apabila
udang yang dipelihara diketahui terkena virus. Tindakan ini dilakukan untuk
mencegah penyebaran penyakit ke perairan umum dan tambak lainnya.
b)
Tumbuhan air yang diambil dari petakan
tambak, tidak dibuang ke petak lain atau perairan umum karena dikhawatirkan
dapat menyebarkan penyakit.
c)
Udang yang sakit atau mati segera
dikeluarkan dari tambak dan dicelupkan ke larutan formalin, selanjutnya dikubur
di luar area petakan tambak.
d)
Menerapkan biosekuriti pada seluruh
kegiatan dan area pertambakan, yaitu :
- Menyiapkan bak sterilisasi bagi manusia yang ingin masuk ke area tambak,
- Membatasi akses manusia dan hewan pembawa penyakit, antara lain kepiting, burung, dan hewan lainnya untuk masuk ke area tambak dengan pembuatan pagar pembatas dari jaring ke sekeliling tambak.
- Pengendalian hewan berupa burung dapat dilakukan dengan membuat penghalau berupa tali senar di atas tambak.
2.
Pencegahan
Hama dan Penyakit
Pencegahan hama dan penyakit udang salah
satunya dengan menggunakan saponin. Tahapan penggunaan saponin diantaranya:
a) Penggunaan
saponin hanya saat persiapan tambak. Digunakan untuk memberantas ikan, telur
ikan, dan keong. Saponin juga dapat merangsang pergantian kulit udang (molting)
dan pertumbuhan alga atau berfungsi sebagai pupuk organik.
b) Saponin
direndam dalam wadah yang telah disiapkan selama 6 – 12 jam, agar saponin larut
ke dalam air tawar.
c) Taburkan
larutan saponin secara merata ke dalam kolam, ampasnya dapat ikut disebarkan di
tambak untuk menambah kesuburan tanah.
d) Dosis
saponin 15 – 20 ppm jika salinitas 30 ppt ke atas. Jika salinitas di bawah 30
ppt, maka dosis saponin 25 - 30 ppm.
e) Dosis
untuk merangsang udang agar molting yaitu 5 – 10 ppm.
f) Pemakaian efektif pada siang hari. Setelah yakin
seluruh hama yang ada di petakan tambak mati akibat saponin, selanjutnya
dilakukan pengisian air dengan ketinggian minimal 1 m.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar