Oleh "Ahmad Rukbi, SP. MM. M.Si."
Penyuluh Perikanan Kab Musi Rawas
Ikan Tambakan (Helostoma temmincki) juga dikenal diberbagai daerah
sebagai ikan Terbakan (Jawa Barat), Tambakan (Jawa Tengah), Tambakang.akalang (Jambi), ikan Sapil (Sumsel), dan Biawan (Kalimantan).
Ikan
Tambakan merupakan ikan sungai atau rawa yang cocok dipelihara di kolam
yang sirkulasi airnya kurang lancar atau miskin Oksigen. Ikan tambakan
termasuk ikan yang mudah berkembang biak. Di alam liar, dalam waktu
kurang dari 15 bulan, populasi minimum mereka sudah bisa bertambah
hingga dua kali lipat populasi awalnya.
Reproduksi ikan tambakan
sendiri terjadi ketika periode musim kawinnya sudah tiba. Di Thailand
misalnya, musim kawin ikan tambakan terjadi antara bulan Mei hingga
Oktober Perkawinan antara kedua ikan tambakan yang berbeda jenis kelamin
terjadi di bawah tanaman air yang mengapung.
Ikan tambakan betina
selanjutnya akan melepaskan telur-telurnya yang kemudian akan mengapung
di antara tanaman air. Tidak seperti anggota subordo Anabantoidei
lainnya, ikan tambakan tidak membuat sarang maupun menjaga anak-anaknya
sehingga anak ikan tambakan yang baru menetas sudah harus mandiri.
Sehari
setelah pertama kali dilepaskan ke air, telur-telur tersebut akan
menetas dan setelah sekitar dua hari, anak-anak ikan tambakan sudah bisa
berenang bebas.Meningkatnya harga pakan dan menurunnya harga jual ikan
budidaya sangat berpengaruh pada pola budidaya ikan dimasyarakat, banyak
unit pembenihan ikan skala kecil yang gulung tikar karena hal tersebut.
Masyarakat pembenih ikan mulai memelihara ikan yang tidak 100%
bergantung pada pakan komersial (pabrikan). Salah satu ikan yang mulai
dibudidayakan oleh petani adalah ikan tambakan. Selama ini keperluan
benih ikan tambakan masih didapatkan dari tangkapan dialam. Benih ikan
tambakan sangat mudah didapatkan di perairan umum saat awal awal musim
penghujan. Belum ada unit pembenihan rakyat yang membenihkan ikan
tambakan secara khusus. Kendala yang dihadapi adalah tingkat
kelangsungan hidup benih masih rendah pada pendederan benih dikolam.
Pemeliharaan Induk.
Induk
ikan tambakan yang digunakan minimal memiliki kisaran bobot 200-300
gram per ekor. Induk yang dipelihara pada kolam tanah dengan luas 225 m2
dapat menampung sebanyak 500 ekor, Pakan yang diberikan pada Induk ikan
tambakan berupa pakan komersil dengan kadara protein 28-32%. Dengan
frekwensi pemberian pakan 2 kali sehari sebanyak 2% dari total berat
bimass induk ikan tambakan.
Pemijahan Induk.
Kegiatan pemijahan
induk tambakan dilakukan secara alami pada wadah terkontrol, dengan
perbandingan jantan : betina adalah 2:1. Sebelum induk dipijahkan maka
dilakukan seleksi induk yang siap memijah. Induk jantan yang siap
memijah ditandai dengan kelurnya cairan sperma bila diurut bagian ujung
alat genitalnya. Selain itu dipilih induk jantan yang tidak sakit dan
cacat. Sedangkan induk betina yang siap memijah ditandai dengan
ciri-ciri : perutnya mengembang dan terasa lembut bila diraba. Badannya
lebih lebar dibandingkan dengan induk jantan.Setelah induk
diseleksi maka induk jantan dan betina dipijahkan dalam satu wadah
pemijahan. Wadah yang digunakan berupa bak fiber dengan ukuran 1x1x0,5
m, tiap wadah pemijahan di isi 5 pasang induk tambakan. Untuk suplai
oksigen maka pada wadah pemijahan dilengkapi dengan aerasi. Untuk
menjaga ketenangan induk selama proses pemjahan maka wadah tersebut
ditutup dengan plastik hitam. Diatas wadah pemijahan selain ditutup
dengan plastik hitam, juga di tutup dengan triplek atau papan untuk
menjaga agar induk tidak melompat.
Induk dipijahkan pada waktu sore
hari. Proses pemijahan berlangsung pada malam hari, apabila induk telah
memijah akan ditandai dengan bau amis pada wadah pemijahan dan adanya
minyak pada permukaan air. Apabila dalam 24 jam induk belum memijah maka
tunggu hingga 48 jam. Hingga 48 jam induk belum memijah maka angkat
induk dan ganti dengan induk yang lain.
Penetasan Telur.
Telur –
telur yang sudah dibuahi akan menetas kurang dari 24 jam. Telur yang
terbuahi berwarna kuning dan terapung dipermukaan air dan bersifat
planktonis yaitu akan bergerak mengikuti aliran air. Pada wadah
pemijahan induk juga dilengkapi dengan saluran pemasukan dan pengeluaran
yang terletak dibagian atas wadah. Setelah terlihat telur yang
mengapung dipermukaan maka dialirkan air kedalam wadah. Telur akan
terbawa keluar secara otomatis mengikuti aliran air kemudian telur yang
keluar dari wadah pemijahan ditampung pada wadah penetasan telur.
Telur-telur yang tertampung dalam wadah penetasan dihitung dengan cara
sampling volumetrik, tujuan dari penghitungan telur adalah untuk
mengetahui mengetahui jumlah telur yang dihasilkan oleh induk yang
memijah dan untuk data dalam menghitung derajat penetasan.
Telur ikan
tambakan akan menetas antara 18-22 jam setelah pembuahan. Telur yang
menetas akan terapung dipermukaan air dan warna larva yang menetas
adalah kehitaman. Larva tambakan yang menetas kemudian dihitung dengan
cara sampling, sehingga dapat diketahui persentase derajat penetasan
larva. Selama proses penetasan berlangsung yaitu dari mulai pemijahan
hingga penetasan telur diusahakan seminimal mungkin telur mengalami
kontak langsung dengan tangan maupun benda luar lainnya seperti serok,
gayung ataupun sendok. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan daya
tetas telur.
Pemeliharaan Larva.
Larva ikan tambakan setelah
menetas dipelihara diakuarium selama 5-7 hari. Selama dipelihara
diakuarium larva tambakan diberi makan kuning telur ayam. Larva diberi
makan setelah kuning telurnya habis, yakni pada hari kedua setelah
menetas. Frekwensi pemberian makan sebanyak 3 kali sehari, banyaknya
kuning telur ayam yang diberikan adalah 1 butir telur untuk 100.000
larva. Selama diakuarium penyiponan dilakukan setiap hari dan pergantian
air dilakukan setiap 2 hari sekali.
Setelah 5-7 hari dipelihara di
akuarium maka larva dipindahkan ke kolam pemeliharaan larva. Sebelumnya
kolam pemeliharaan larva diolah terlebih dahulu, kolam diolah setelah
diketahui terjadi proses pemijahan pada induk ikan tambakan. Pengolahan
kolam dilakukan dengan cara pengeringan kolam kemudian di tebar kapur
tohor sebanyak 250 gr/m2 dan pemberian pupuk organik sebanyak 500 gr/m2.
Pada kolam pemeliharaan larva diberi substrat berupa hapa dan pancang
kayu untuk tempat berkembangnya perifiton yang nantinya diharapkan bisa
menjadi makanan bagi larva tambakan. Selain itu pada kolam saat
pengisian air juga diberi probiotik sebanyak 1 liter/250 m2. Larva
dipelihara dikolam ini selama 30 hari, diharapkan ukurannya sudah
mencapai 2-3 cm.
Setelah 7 hari dari pengolahan kolam diharapkan
sudah mulai tumbuh planktonnya, baik phytoplankton maupun zooplankton.
Diharapkan saat larva ditebar dikolam pemeliharaan ini sudah bisa
memakan pakan alami ( plankton ) yang ada dikolam. Larva mulai diberi
makan tambahan setelah 3 hari ditebar dikolam. Pakan yang diberikan
adalah pakan benih dalam bentuk tepung dengan kadar protein 32 %, pakan
diberikan secara adlibitum dengan patokan 10% dari total biomass dan
diberikan sebanyak 3 kali sehari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar